Banyak sekali orang-oang yang membuang-buang waktu bermenit-menit, berjam-jam, berhai-hari, bahkan berbulan-bulan hingga tahunan, hanya karena merasa menderita dan takut akan masa depan yang ia sendiri tidak mengetahui apakah akan terjadi atau tidak. Inilah yang dimaksud dengan kecemasan diri sendiri dan ini merupakan penyakit yang berbahaya.
Dr. Wayne W. Dyer mengatakan, “ cemas adalah penyakit yang mewabah dalam budaya kita. Diperkirakan, setiap orang akan menghabiskan waktunya lebih dari yang diperlukan saat ini hanya untuk mencemaskan masa depan. Semua itu tidak ada gunanya karena setiap kali kita merasa cemas, hal itu tidak akan mneyebabkan urusan menjadi lebih baik. Kenyataanya, bahwa rasa cemas itu menjadikan seseorang kurang dapat bradaptasi dengan masa kini.”
Kemudian ia mengatakan lagi, “Sebagian besar kecemasan itu berkaitan dengan hal-hal yang tidak dapat kita kuasai, sehingga menjadikan kita merasa cemas seperti yang kita kehendaki sendiri, baik dalam pepeangan, kesulitan ekonomi, ataupun sakit. Akan tetapi, rasa cemas itu tidak akan membawa kedamaian, kesenangan, ekonomi yang membaik, dan kesehatan. Kita sebagai manusia tidak memiliki kekuasaan untuk mngatasi hal-hal itu. Di samping itu, sebenarnya musibah yang mnjadikan kita merasa cemas, biasanya tidak sparah apa yang dibayangkan oleh kita.”[1]
Bedakan antara merencanakan dan cemas akan masa depan
Kita wajib membedahkan antara dua hal : menyusun rencana untuk masa depan dan perasaan cemas karena masa depan. Kedua hal ini tentu sangat berbeda.
Menyusun rencana untuk masa depan adalah ha; yang sangat penting dan perlu karena ini merupakan bagian dari bersunguh-sungguh untuk hal yang bermanfaat sebagaimana diungkapkan oleh hadist Rasulullah saw. Yang berbunyi,
“Bersungguh-sungguhlah dengan hal yang bermanfaat bagimu.”
Menyusun rencana merupakan hal yang positif dan sangat membangun karena di dalamnya kita menentukan instrument, potensi, dan catatan-catatan penting dan seterusnya.
Akan tetapi perasaan cemas karena masa depan adalah tindakan yang sangat negatif membahayakan. Sangat disayangkan, banyak sekali orang yang salah menduga ketika dicampur-adukan antara berencana untuk masa depan dan merasa cemas karena masa depan.
Sebagai contoh, Nyonya D sangat mencemaskan keberadaan putranya yang bernama A. Hal ini karena A sangat lemah dalam bahasa inggrisnya. Nyonya A sangat ceemas dengan kegagalan A pada pelajaran itu. Berawal dari hal itu, nyonya D membayangkan bahwa si A akan gagal, sehingga akan gagal pula dalam hidupnya kelak... dan setrusnya. Berawal dari hal itu, Nyonya A selalu diliputi kesedihan, kgalauan, serta kecemasan yang terus-menerus. Hal sperti inilah yang dimaksud dengan rasa cemas karena masa depan.
Seandaianya, Nyonya A realistis dalam hidupnya, ia tidak akan merasa cemas karena hal itu. Ia tentunya akan berpikir serius mengenai hal yang harus ia lakukan untuk mengatasi kesulitan yang ia duga akan terjadi. Bila seseorang anak lemah dalam pelajaran bahasa Inggris, tntunya paling tidak ia membutuhkan perhatian yang lebih dalam ini. Jadi masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya agar anak itu mendapat perhatian lebih dalam pelajaran bahasa Inggris.