Mohon tunggu...
Dedi Irawan
Dedi Irawan Mohon Tunggu... Penulis - The Pessimistic Man

Seorang lelaki pesimis yang bercerita tentang kehidupannya | Find me on Instagram @wilfrededida

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Studi Agama di Indonesia

16 Desember 2023   19:00 Diperbarui: 1 Januari 2024   13:01 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://en.wikipedia.org/wiki/Theosophy

Studi agama - agama atau the study of religions merupakan jurusan asing yang terdengar dikalangan akademisi dibawah naungan Kemendikbud. Tetapi terasa familiar jika ditelinga orang-orang yang berkuliah dibawah Kemenag (UIN, IAIN, PTKIN).

Sejarah munculnya studi agama, berawal dari Max Mller yang mencoba melawan kekolotan ilmu agama di Inggris. Max Mller merupakan Profesor dengan nama lengkap Friedrich Max Mller lahir tahun 1823 dan wafat pada tahun 1900. Ia mendatangi Inggris pertama kali pada saat muda dengan tujuan belajar tulisan - tulisan kuno dari kitab Weda-India. Sejak saat itulah ia betah di Inggris dan sampai menikahi gadis Inggris yang pada akhirnya juga mendapatkan posisi penting di Oxford University.

Max mengajukan teori tentang bagaimana jika ilmu agama dijadikan suatu studi ilmiah. Ide Max itu membuat marah masyarakat Inggris karena sudah terbiasa dengan karya Charles Darwin The Origins of Species (1859) yang merupakan perdebatan sengit sains dan agama. 

Lalu bagaimana cara Max menyakinkan pendengar? Yaitu dengan cara memberikan argumentasi bahwa studi ilmiah tentang agama dapat memberikan kontribusi kepada agama secara mendalam sekaligus terhadap ilmu tersendiri. Ia juga mengutip puisi Johan Wolfgang "he who knows one, knows none".

Di Indonesia, mayoritas dari kita mengenal studi ilmiah hanya dilingkungan kampus atau perguruan tinggi. Namun jauh sebelum 1961 (saat dibukanya pertama kali studi agama di PTAIN di Yogyakarta), studi perbandingan agama (dahulu masih disebut perbandingan agama) di Nusantara sesungguhnya telah ada pada akhir abad ke-19 yaitu dengan nama Gerakan Teosofi Hindia -Belanda.

Gerakan Teosofi Hindia-Belanda (Indonesia)

Fase pertama yaitu, teosofi. Merupakan gerakan yang pertama kali didirikan di kota New York, Amerika Serikat, pada tahun 1875 oleh 16 orang, termasuk Henry Steel Olcoot & Wiliam Quan Judge. Helema Pertovna Blavatsky (1831-1891) sebagai inisiator yang merupakan bangsawan keturunan Rusia.

Teosofi dalam pandangan Blavatsky menyebutnya geneology of gods (silsilah dewa-dewa). Secara bahasa, yakni "theos" yang berarti "tuhan" (god, bukan God), "sophia" artinya kebijaksanaan. Akan tetapi, theos disini merujuk pada "seorang dewa" dalam Bahasa Yunani, seperti satu dari makhluk -- makhluk ilahi dan dalam pengertian Tuhan seperti yang dipahami orang-orang sekarang, bukan "Tuhan Personal" (H.P. Blavatsky, The Key to Theosophy). 

Blavatski menyebutnya pengetahuan atau sains ilahi. Dalam pengertian yang lebih sederhana, teosofi dapat disebut juga sebagai ilmu kebatinan atau ilmu mistik. Lalu, bagaimana masuknya gerakan tersebut? Gerakan Teosofi di Hindia pertama kali didirikan di kota Pekalongan, Jawa Tengah (8 tahun setelah Teosofi berdiri di Amerika: 1883) dengan nama The Pekalongan Theosophical Society.

Masuk ke Indonesia akhir abad ke-19 antara tahun 1881 atau 1883. Gerakan Teosofi mulai tersebar luas dibawah pimpinan Presiden Annie Bessant, saya menyebutnya ia adalah Presiden Gerakan Teosofi Termashur. Ialah juga penyebab meluasnya gerakan teosofi termasuk ke Indonesia (Hindia-Belanda). Yang membawanya masuk ke Indonesia Baron Van Tengnagel (Bangsawan Belanda). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun