Reward and Punishment: "Siapa yang dapat nilai tertinggi, akan mendapat hadiah!"
Kindness Strategy: "Aku melihat kamu berusaha keras dalam belajar. Itu luar biasa!"
Perbedaan? Anak-anak tidak hanya termotivasi karena hadiah, tetapi karena merasa dihargai atas usaha mereka.
C. Mengajarkan Konsekuensi Nyata, Bukan Hukuman Semata
Reward and Punishment: Anak yang membuang sampah sembarangan dihukum berdiri di depan kelas.
Kindness Strategy: Anak diajak berdiskusi, "Bagaimana jika semua orang membuang sampah sembarangan? Apa dampaknya bagi lingkungan kita?"
Dengan cara ini, anak akan memahami mengapa perbuatannya salah, bukan hanya takut dihukum.
D. Mengubah Cara Menilai Keberhasilan
Reward and Punishment: Hanya melihat angka ujian dan ranking.
Kindness Strategy: Mempertimbangkan perkembangan karakter, empati, dan sikap reflektif siswa.
Tantangan dan Peluang: Apakah Pendidikan Kita Siap Berubah?
Mengubah sistem pendidikan dari reward and punishment ke kindness strategy tentu bukan hal mudah.
Banyak guru dan orang tua masih percaya bahwa tanpa hukuman, anak akan manja.
Ada kekhawatiran bahwa tanpa hadiah, anak tidak akan termotivasi.
Sistem pendidikan kita masih berbasis angka dan kepatuhan, bukan kesadaran dan karakter.
Namun, berbagai penelitian membuktikan bahwa pendekatan berbasis empati dan kesadaran lebih efektif dalam membentuk karakter jangka panjang.
Jika kita ingin membentuk generasi yang jujur, disiplin, dan bertanggung jawab bukan karena paksaan, tetapi karena kesadaran, maka sudah saatnya kita beralih dari pendidikan yang penuh ancaman dan imbalan menuju pendidikan yang lebih manusiawi.
Jadi, kita mau mendidik anak yang benar-benar baik, atau hanya terlihat baik?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI