Mohon tunggu...
dedi efendi
dedi efendi Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Madrasah

Saya adalah pendidik, peneliti, dan motivator yang berdedikasi mencetak generasi unggul melalui inovasi pendidikan berbasis nilai. Sebagai guru senior di MAN 5 Agam dan kini Pengawas Madrasah di Kementerian Agama Kabupaten Agam, saya aktif dalam penelitian, pengembangan kurikulum, dan publikasi ilmiah. Komitmen saya adalah mendorong transformasi pendidikan berbasis teknologi dan kearifan lokal serta mendukung profesionalisme guru untuk kemajuan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Berkelanjutan: Melampaui Siklus Produksi dan Mencetak Generasi Masa Depan

7 Januari 2025   08:23 Diperbarui: 7 Januari 2025   08:23 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan: Dari Pabrik ke Pendidikan

Bayangkan sebuah pabrik yang memproduksi barang secara massal. Semua barang melalui jalur perakitan yang sama, menggunakan bahan baku yang seragam, dengan standar mutu yang sudah ditentukan sebelumnya. Sistem ini bekerja baik untuk produk seperti elektronik atau kendaraan. Namun, ketika pendekatan ini diterapkan dalam pendidikan, ada masalah besar yang muncul: manusia bukan produk pabrik.

Sayangnya, banyak aspek sistem pendidikan modern kita masih mencerminkan pola seperti ini. Siswa dianggap sebagai "produk" yang harus melalui jalur kurikulum standar, dinilai dengan parameter yang seragam, dan dicetak untuk tujuan spesifik---seperti memenuhi kebutuhan pasar kerja. Pendekatan ini, meskipun efektif dalam menghasilkan hasil jangka pendek seperti skor ujian atau tingkat kelulusan, sering kali mengabaikan esensi mendalam dari pendidikan: membangun manusia yang utuh, kritis, dan adaptif.

Di sinilah konsep pendidikan berkelanjutan menjadi penting. Ini adalah pendekatan yang tidak hanya berfokus pada hasil langsung tetapi juga pada keberlanjutan proses belajar, pembangunan karakter, dan relevansi pembelajaran dalam kehidupan nyata.

Pendidikan dalam Siklus Produksi: Analogi yang Menyakitkan

1. Kerusakan yang Direncanakan: Kurikulum dan Target Instan

Sistem pendidikan kita sering kali tampak seperti produk planned obsolescence (kerusakan yang direncanakan) dalam dunia industri. Kurikulum berubah secara periodik, sering kali tanpa landasan yang jelas, membuat guru dan siswa seperti eksperimen dalam laboratorium kebijakan.

Perubahan yang terlalu sering ini menciptakan kondisi seperti munculnya kebingungan. Guru harus terus menyesuaikan metode mengajar mereka dengan kurikulum baru, sementara siswa merasa seperti memulai dari awal setiap kali kebijakan berubah. Disamping itu terlihat ketidakkonsistenan, tidak ada kesinambungan dalam pembelajaran yang membuat siswa benar-benar memahami esensi dari apa yang mereka pelajari.

2. Siswa Sebagai Produk: Output Berorientasi Pasar

Pendidikan modern sering kali dirancang untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Ini tampak seperti solusi logis, tetapi apakah benar-benar cukup? Senyatanya ini sering dikeluhkan oleh masyarakat, hanya fokus pada keterampilan teknis dan akademik sering mengorbankan pengembangan karakter, empati, dan keterampilan berpikir kritis. Selain itu, lulusan menjadi "cocok kerja" tetapi tidak selalu "cocok hidup" di tengah dinamika sosial dan etika.

3. Evaluasi yang Membatasi Potensi

Sistem penilaian berbasis ujian cenderung mengerdilkan potensi siswa. Nilai ujian sering kali dianggap sebagai ukuran utama kesuksesan, padahal kemampuan siswa tidak bisa dirangkum dalam angka. Hal ini berdampak pada siswa menjadi terbiasa mengejar nilai, bukan memahami konsep. Ironinya, ketika ujian selesai, banyak dari mereka lupa apa yang dipelajari, karena pembelajaran hanya berfokus pada hasil jangka pendek.

Mengapa Pendidikan Berkelanjutan adalah Solusi?

Pendidikan berkelanjutan mengajak kita untuk melampaui pola produksi massal ini dengan fokus pada pembelajaran yang holistik, relevan, dan berorientasi jangka panjang.

1. Pendidikan yang Menumbuhkan Karakter

Pendidikan tidak hanya tentang apa yang siswa ketahui, tetapi juga tentang siapa mereka. Pendidikan berkelanjutan menempatkan nilai-nilai seperti kejujuran, empati, tanggung jawab, dan kemandirian sebagai inti dari proses belajar.

2. Relevansi dengan Kehidupan Nyata

Alih-alih belajar untuk ujian, siswa diajak untuk memahami bagaimana ilmu pengetahuan dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Misalnya pelajaran Matematika, bukan hanya soal angka, tetapi juga bagaimana menghitung anggaran rumah tangga. Pelajaran Sains, tidak hanya teori, tetapi juga bagaimana memahami perubahan iklim serta lingkungan di sekitar mereka.

3. Pembelajaran Seumur Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun