Mohon tunggu...
dedi efendi
dedi efendi Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Madrasah

Pak DE adalah guru yang mendedikasikan hidupnya untuk meraih keridhaan Allah.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta dalam Gelombang: Refleksi 27 Tahun Pernikahan

14 Desember 2024   05:33 Diperbarui: 14 Desember 2024   05:33 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Pernikahan adalah perjalanan panjang yang menyatukan dua jiwa dalam satu bahtera, melintasi samudra kehidupan. Saya bersyukur karena perjalanan ini kini telah mencapai usia 27 tahun---sebuah momen yang mengundang refleksi mendalam tentang cinta, kesabaran, syukur, dan komitmen yang telah menjadi jangkar bahtera kami.

Dalam 27 tahun ini, kami telah melewati berbagai fase: dari gelombang tinggi yang menghempas hingga lautan tenang yang memberi ruang untuk bernafas dan menikmati kebahagiaan sederhana. Ada tawa, tangis, senyum, marah, hingga cemburu yang menambah rasa cinta. Setiap emosi menjadi bumbu perjalanan, mengajarkan bahwa cinta bukanlah perasaan yang statis, melainkan sesuatu yang hidup dan terus berkembang.

Bahagia dan Tantangan di Balik Lima Buah Hati

Dikaruniai lima anak adalah anugerah besar yang menyempurnakan keluarga kami. Mereka adalah pelita, tantangan, dan harapan. Dalam mereka, kami melihat masa depan keluarga dan keberlanjutan nilai-nilai yang kami tanamkan.
Namun, membesarkan lima anak bukanlah tugas yang mudah. Kami belajar bahwa setiap anak membawa keunikan, dan sebagai orang tua, tugas kami adalah membimbing mereka agar tumbuh menjadi manusia yang berakhlak, mandiri, dan siap menghadapi kehidupan.

Setiap keberhasilan anak adalah kebahagiaan tak tergantikan, dan setiap kesalahan mereka menjadi pengingat untuk kami sebagai orang tua untuk terus belajar. Melalui anak-anak, saya dan pasangan menemukan alasan untuk terus bersyukur dan berusaha menjadi lebih baik, tidak hanya sebagai orang tua tetapi juga sebagai pasangan.

Kesabaran sebagai Pondasi, Syukur sebagai Atap

Tidak ada pernikahan yang tanpa ujian. Ada masa-masa sulit yang menguji ketahanan kami sebagai pasangan---konflik kecil yang kadang terasa besar, perbedaan pendapat, hingga situasi hidup yang menekan. Namun, di setiap ujian itu, kami menemukan pelajaran: kesabaran adalah pondasi yang menjaga rumah tangga tetap kokoh.

Kesabaran membuat kami tetap bertahan, sementara syukur memberikan kedamaian dan rasa cukup di tengah segala keterbatasan. Syukur adalah pengingat bahwa perjalanan ini adalah hadiah, bahwa setiap detik bersama adalah berkah yang harus dirayakan.

Romansa dalam Kesederhanaan

Romansa dalam pernikahan 27 tahun bukan lagi tentang bunga dan cokelat, tetapi tentang perhatian-perhatian kecil yang tulus. Seperti saling mengingatkan untuk makan di tengah kesibukan, membangunkan untuk salat Subuh, atau sekadar berbagi cerita saat senja.
Romansa juga terselip dalam usaha-usaha sederhana untuk saling menjaga perasaan, seperti belajar memahami diam pasangan atau memaafkan meski hati terluka. Hal-hal ini, meski tampak kecil, adalah hal besar yang menjaga cinta tetap hidup dan hangat.

Berlayar Hingga Surga

Pernikahan bukan hanya tentang hidup bersama di dunia ini. Kami memaknai pernikahan sebagai jalan untuk bersama-sama berlayar hingga surga. Untuk itu, kami terus berusaha saling mengingatkan dalam kebaikan, mendukung satu sama lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan memberikan contoh terbaik untuk anak-anak kami.

Kami tahu, perjalanan ini belum selesai. Akan ada lebih banyak gelombang yang menanti, mungkin lebih besar, mungkin lebih tenang. Namun, kami percaya, selama kami tetap berpegangan tangan, terus berdoa, dan saling menguatkan, insyaAllah perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang indah hingga akhir hayat.

Pesan untuk Pasangan di Luar Sana

Bagi pasangan lain yang mungkin sedang menghadapi ujian, izinkan saya berbagi satu pelajaran penting: cinta sejati adalah tentang bertahan dan tumbuh bersama. Jangan takut menghadapi badai, karena badai akan memperkuat bahtera Anda. Jangan lupa untuk bersyukur saat lautan tenang, karena itu adalah momen untuk menikmati perjalanan.

Pernikahan adalah karya seni yang tidak pernah selesai. Ia terus membutuhkan usaha, perbaikan, dan sentuhan kasih. Jangan pernah lelah untuk mencintai, karena cinta yang tulus adalah bekal terbaik untuk perjalanan ini, baik di dunia maupun di akhirat.

Penutup
Memasuki usia pernikahan yang ke-27 ini, saya dan pasangan memandang ke belakang dengan rasa syukur dan melihat ke depan dengan penuh harapan. Kami berdoa agar cinta ini terus tumbuh dan bahtera ini tetap kokoh, membawa kami dan anak-anak ke tujuan akhir yang mulia. Semoga tulisan ini menginspirasi Anda untuk terus mencintai, bersabar, dan bersyukur dalam perjalanan cinta Anda sendiri.

Selamat berlayar, dan semoga cinta Anda membawa Anda ke surga-Nya.

*Artikel ini ditulis berdasarkan ide sendiri dan dibantu penyempurnaannya oleh ChatGPT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun