Pernikahan adalah perjalanan panjang yang menyatukan dua jiwa dalam satu bahtera, melintasi samudra kehidupan. Saya bersyukur karena perjalanan ini kini telah mencapai usia 27 tahun---sebuah momen yang mengundang refleksi mendalam tentang cinta, kesabaran, syukur, dan komitmen yang telah menjadi jangkar bahtera kami.
Dalam 27 tahun ini, kami telah melewati berbagai fase: dari gelombang tinggi yang menghempas hingga lautan tenang yang memberi ruang untuk bernafas dan menikmati kebahagiaan sederhana. Ada tawa, tangis, senyum, marah, hingga cemburu yang menambah rasa cinta. Setiap emosi menjadi bumbu perjalanan, mengajarkan bahwa cinta bukanlah perasaan yang statis, melainkan sesuatu yang hidup dan terus berkembang.
Bahagia dan Tantangan di Balik Lima Buah Hati
Dikaruniai lima anak adalah anugerah besar yang menyempurnakan keluarga kami. Mereka adalah pelita, tantangan, dan harapan. Dalam mereka, kami melihat masa depan keluarga dan keberlanjutan nilai-nilai yang kami tanamkan.
Namun, membesarkan lima anak bukanlah tugas yang mudah. Kami belajar bahwa setiap anak membawa keunikan, dan sebagai orang tua, tugas kami adalah membimbing mereka agar tumbuh menjadi manusia yang berakhlak, mandiri, dan siap menghadapi kehidupan.
Setiap keberhasilan anak adalah kebahagiaan tak tergantikan, dan setiap kesalahan mereka menjadi pengingat untuk kami sebagai orang tua untuk terus belajar. Melalui anak-anak, saya dan pasangan menemukan alasan untuk terus bersyukur dan berusaha menjadi lebih baik, tidak hanya sebagai orang tua tetapi juga sebagai pasangan.
Kesabaran sebagai Pondasi, Syukur sebagai Atap
Tidak ada pernikahan yang tanpa ujian. Ada masa-masa sulit yang menguji ketahanan kami sebagai pasangan---konflik kecil yang kadang terasa besar, perbedaan pendapat, hingga situasi hidup yang menekan. Namun, di setiap ujian itu, kami menemukan pelajaran: kesabaran adalah pondasi yang menjaga rumah tangga tetap kokoh.
Kesabaran membuat kami tetap bertahan, sementara syukur memberikan kedamaian dan rasa cukup di tengah segala keterbatasan. Syukur adalah pengingat bahwa perjalanan ini adalah hadiah, bahwa setiap detik bersama adalah berkah yang harus dirayakan.
Romansa dalam Kesederhanaan
Romansa dalam pernikahan 27 tahun bukan lagi tentang bunga dan cokelat, tetapi tentang perhatian-perhatian kecil yang tulus. Seperti saling mengingatkan untuk makan di tengah kesibukan, membangunkan untuk salat Subuh, atau sekadar berbagi cerita saat senja.
Romansa juga terselip dalam usaha-usaha sederhana untuk saling menjaga perasaan, seperti belajar memahami diam pasangan atau memaafkan meski hati terluka. Hal-hal ini, meski tampak kecil, adalah hal besar yang menjaga cinta tetap hidup dan hangat.
Berlayar Hingga Surga