Mohon tunggu...
dedi efendi
dedi efendi Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Madrasah

Pak DE adalah guru yang mendedikasikan hidupnya untuk meraih keridhaan Allah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sombong dalam Ketaatan, Putus Asa dalam Dosa: Dua Wajah Manusia di hadapan Tuhan

13 Desember 2024   05:47 Diperbarui: 13 Desember 2024   13:56 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehidupan manusia adalah kisah panjang tentang pencarian makna, perjalanan iman, dan pergulatan dengan diri sendiri. Di dalam perjalanan ini, kita sering menemukan dua wajah manusia yang kontras: mereka yang sombong dalam ketaatannya dan mereka yang putus asa dalam kubangan dosanya. Keduanya adalah cerminan dari ketidakseimbangan hati, yang sering kali menyesatkan kita dari tujuan utama: mendekat kepada Tuhan.

Ketika Ketaatan Berubah Menjadi Kesombongan

Sebagai makhluk beragama, ketaatan adalah bentuk ibadah yang kita persembahkan kepada Tuhan. Namun, ada kalanya ketaatan justru melahirkan rasa superioritas yang menggerogoti hati.

Orang yang sombong dalam ketaatannya biasanya merasa lebih baik dari orang lain. Mereka melihat ibadah sebagai ukuran untuk menghakimi, bukan sebagai jalan untuk merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta. Mereka lupa bahwa ketaatan seharusnya membawa kedamaian, bukan persaingan.

Kesombongan dalam ketaatan sering terlihat dalam bentuk:

  • Meremehkan Orang Lain: "Dia jarang salat, pantas hidupnya begitu."
  • Membanggakan Amal Sendiri: "Aku selalu tepat waktu membayar zakat, pasti hidupku lebih berkah."
  • Menganggap Diri Paling Benar: Tidak mau mendengarkan masukan karena merasa sudah cukup baik.

Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan kita tentang Iblis, makhluk yang jatuh karena kesombongan. Iblis menolak perintah Tuhan karena merasa lebih mulia daripada Adam. Apakah kita ingin mengulang kesalahan yang sama?

Putus Asa dalam Kubangan Dosa

Di sisi lain, ada mereka yang terjebak dalam kubangan dosa dan merasa tidak mungkin kembali. Mereka sering berkata, "Aku terlalu kotor untuk diampuni Tuhan," atau, "Buat apa lagi berdoa? Aku sudah terlalu jauh."

Putus asa adalah jebakan lain yang membuat seseorang semakin jauh dari rahmat Allah. Padahal, Allah adalah Maha Pengampun. Sebesar apa pun dosa kita, pintu taubat selalu terbuka. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:

"Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampuni dosa-dosamu tanpa peduli sebesar apa pun itu."

Putus asa dalam dosa sebenarnya adalah bentuk keputusasaan terhadap rahmat Allah. Dan ini, menurut para ulama, adalah salah satu dosa besar itu sendiri.

Keseimbangan di Tengah Perjalanan

Lalu, bagaimana kita menghindari kesombongan dalam ketaatan dan keputusasaan dalam dosa? Jawabannya terletak pada keseimbangan:

  • Selalu Rendah Hati dalam Ketaatan

Ingat bahwa ketaatan adalah anugerah dari Tuhan, bukan hasil usaha kita semata. Banyak orang ingin taat tetapi belum mendapat hidayah. Bersyukurlah dan jangan lupa mendoakan mereka.

  • Berprasangka Baik kepada Tuhan

Dalam dosa sekalipun, tetaplah yakin bahwa rahmat Allah lebih luas daripada kesalahan kita. Jangan menunda taubat karena merasa tidak layak.

  • Fokus pada Perbaikan Diri

Daripada sibuk menghakimi orang lain, lebih baik introspeksi diri. Apakah ibadah kita benar-benar membawa kita lebih dekat kepada Allah, atau hanya membuat kita merasa lebih baik dari orang lain?

  • Bersandar pada Cinta Tuhan

Allah mencintai hamba-Nya, baik yang taat maupun yang berdosa. Dalam Al-Qur'an, Allah sering kali menyebut rahmat dan kasih sayang-Nya. Jadikan cinta ini sebagai motivasi untuk terus berjalan, tanpa merasa sombong atau putus asa.

Manusia dan Perjalanan Menuju Tuhan

Kita semua adalah manusia dengan kekurangan masing-masing. Tidak ada yang sempurna. Bahkan orang yang tampak paling taat pun memiliki kelemahan, begitu pula orang yang terjebak dalam dosa memiliki kesempatan untuk berubah. Kita semua punya masa lalu dan punya masa depan. 

Perjalanan ini adalah tentang bagaimana kita terus berusaha mendekat kepada-Nya. Kadang kita tersandung oleh dosa, kadang kita tergoda oleh kesombongan. Tapi selama kita tetap berjalan, ada harapan. Manusia adalah makhluk penuh dosa, Tuhan adalah Khaliq yang Maha Pengampun dosa. Yakinlah, selama kita mau kembali kepada-Nya, pintu ampunan-Nya senantiasa terbuka.

*Artikel ini dibuat berdasarkan ide dari penulis dan dikembangkan dengan bantuan ChatGPT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun