Menelisik guratan awan pagi biru berona merah
saat telapak kaki meraba pasir pantai merekah hangat
seorang bocah mematut diri di riaknya gelombang
nelayan beriring menarik jala yang ditabur semalam
tak mampu mengusir kegetiran rasa
tetap saja sunggingan senyummu mengusik mata hatiku
Ingin aku mengejar sampai ditepi impianmu
merengkuh tangan yang terlepas haru
memeluk sampai nafas kita menyatu penuh
namun hanya bayangan mewujud semu
Bibir pucat membiru ini mengharap tak lebih
apalagi ingin memiliki tanpa peduli
hanya mau menyapa walau dengan suara tipis bergetar
masih tersisakah sebuah ruang untuk mengingatku ?
Â
Pangandaran, di suatu saat.