Mohon tunggu...
Dedi  Djanuryadi
Dedi Djanuryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Man Born is free but everywhere in chains

Penggiat jurnalistik, public relations, fotografi, modelling, serta event organizer.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengamankan Uang di Masa Pandemi : e-Money Vs Celengan

22 Agustus 2020   08:05 Diperbarui: 22 Agustus 2020   08:04 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Tidak semua minimarket bisa mengunakan e-Money. Saat berbelanja, proses transaksi uang elektronik memakan waktu lebih lama dibanding                   dengan memakai uang tunai.  Masalahnya, belum semua tempat perbelanjaan menyediakan pembayaran lewat uang elektronik

- Sisa limit saldo atau uang e-Money tidak bisa dicairkan seperti halnya Kartu Debit atau Kartu Kredit.

Kendala terakhir di atas, menjadi masalah sensitif  yang banyak dipertanyakan para pengguna e-Money.  Seorang praktisi media dan dosen di Universitas Pasundan Bandung,  Rochsan  RA,  pernah melontarkan kekecewaan masalah itu di halaman facebook-nya (2019).  Ia merasa  gamang akan kehadiran e-Money dalam bentuk  e-Toll.  

Menurutnya, sisa saldo yang tersisa di setiap kartu elektronik para pengguna tol, bisa terhimpun dalam jumlah yang sangat fantastis. Sisa saldo yang tidak bisa ditarik para pengguna dan mengendap di dalamnya, akan memperkaya para pengelola jalan tol. Ini  sungguh tidak adil kan?

Bukan suatu provokasi bila sekedar mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai produk canggih tersebut. Karena sistem pengelolaan dana secara sepihak yang dijalankannya, dianggap dapat dimanipulasi oleh segelintir oknum rakus tak tahu diri. 

Apalagi di masa pandemi yang belum bisa diperhitungkan kapan berhentinya ini,  perhitungan keuangan harus benar-benar dikalkulasi sedetil  mungkin. 

Caranya, mencoba mengingatkan masyarakat akan sikap bijak orang-orang tua kita dulu, yaitu  "Celengan."  Suatu cara sederhana untuk menyelamatkan tabungan dengan cara menyimpan uang di tempat-tempat yang bisa digunakan kapan saja sesuai keperluan.

Celengan itu banyak bentuknya. Kalau zaman dulu, celengan itu biasa terbuat dari keramik, kotak kayu, lemari besi, bunker, atau pun batangan pohon bambu. Cara ini setiap saat bisa dikontrol dan digunakan bila sewaktu-waktu ada keperluan mendadak. Terbukti, orang-orang tua tradisional kita banyak yang jadi kaya dengan sistem celengan ini. Sebab hampir tidak ada sepeser pun biaya admintrasi untuk mengurusnya. 

Semua mutlak ada dalam otoritas pengelolaan sendiri. Selain buku tabungan bank, tentu saja cara ini  juga ada kendalanya, misalnya bisa jadi petaka kalau terjadi kemalingan, kebakaran atau pun pemotongan uang oleh negara (sanering). Tapi hal itu hampir tidak akan mungkin terjadi jika berhati-hati menyikapinya,.

Di zaman milenial ini,  celengan  hadir dalam bentuk produk keuangan yang aman, bermanfaat, serta sering digunakan masyarakat. Diantaranya :

- Tabungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun