Senjakala atau Sandhyakala ning Joko Widodo memang sudah deket  kayanya kang, seperti judul tulisan akang beberapa waktu lalu.
Memang seperti itu sambut Sultan Sahidin teman saya yang lain di grup liputan kementrian agama.
Indikasinya banyak. Â Pertama, mahasiswa yang kini kolaborasi dengan buruh dan emak emak masih terus menguntit dan mengintip pemerintah/presiden Jokowi.
Mereka bukan saja tidak puas terhadap kepemimpinannya tetapi juga "ngambek " karena Jokowi tidak mau merespon langsung. Jokowi tak pernah mau berhadapan dengan para pendemo. Dia selalu mabur dari istana. Rencananya tanggal 28 April besok, mereka akan turun lagi dengan massa sekitar 2.500 orang.
Serangan lain datang dari politisi PDIP Masinton Pasaribu. Memang Masinton tidak lansung "ngedor" JKW. Luhut Binsar Panjaitan yang jadi sasaran tembak. Tapi kata orang membidik Luhut sama saja dengan nembak JKW. Mereka itu dua tubuh satu nyawa. Mati satu dua duanya pasti "warahum". Masinton itu katanya  peluru nya Mega.  Apa berani JKW melawan boss ? Bisa dipecat sebagai petugas partai dia? Jadi artinya perang Masinton versus LBP sama dengan Megawati lawan Jokowi.  Boss lawan anak buah.
Siapa kalah siapa menang. Silahkan tebak. Pakai logika atau instuisi. Atau kira kira doang.
Masih banyak orang, tokoh kelompok orang yang tidak senang dengan kepemimpinan JKW. Ada Rizal Ramli, Faizal Basri, Rizal Fadillah Rocky Gerung dan lain lain.
Partai oposisi sudah pasti. PKS dan demokrat. Bahkan kata Bambang kemarin dia baru baca postingan pernyataan Ade Armando. Dia sekarang balik kanan mencerca kepemimpinan JKW.
Mudah mudahan ini hidayah bukan kecewa karena kurang rupiah, komentar Anas Nasikin.
Yang menarik disampaikan Iwan S soal pernyataan anyar dari Mahfud MD. Menkopolhukam mulai berani mengkritik kepemimpinan JKW. Katanya di channel You tube seperti dikutip Pikiran Rakyat dan pegiat sosial Deny Siregar, kepemimpinan JKW itu lemah. Tidak dapat mempersatukan bangsa. Selain itu juga korupsi tidak terkendali. Terjadi di semua lini. Kalo terus dibiarkan, negara kita akan hancur. Kalau di negeri orang seperti di Amerika Latin, keadaan begini sudah terjadi kudeta. Tapi Mahfud sendiri tidak  berharap JKW turun sekarang. Ia berharap setelah 2024, punya pemimpin yang kuat, yang dapat mempersatukan bangsa dan memberantas korupsi sampai tuntas.
Apa yang diucapkan Mahfud ditanggapi Weam sebagai  menohok kawan seiring menggunting dalam lipatan. Apalagi JKW pan atasan yang dengan hak prerogatifnya mengangkat dia menjadi menteri. Menko lagi.
Bisa bisa kena resaple dia teriak Iwan. Hanya dua kemungkinan dia lakukan itu kata Sultan Sahidin. Introspeksi atau cari tangga untuk naik panggung ?
Yang kedua kayanya pungkas Weam lagi.
Yang tahu kan cuma dia dan Tuhan yang ada di Sidratul Muntaha.
Tapi mudah-mudahan ada manfaatnya.- ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H