Direktur Executif Center of Economic and Law Studies Bima Yudistira menyebut penghentian ekspor  CPO dan minyak goreng itu akan mengurangi devisa kita.  Dalam satu bulan saja devisa dari sektor itu mencapai $ 3 milyar atau setara 12 persen sari total ekspor kita. Stabilitas Rupiah juga akan terganggu dibuatnya.
Tak lupa Bima berteriak kepada para pembisik agar jangan menjerumuskan dan menyesatkan Presiden Jokowi.
Bima juga khawatir JKW senasib dengan Suharto yang tahun 97/98 diboikot kelompok Jimbaran. Itu adalah kelompok bisnis pengusaha Cina yang bergeser ke ranah politik. Mereka antara lain Lim Soe Liong, Eka Cipta, Bob Hasan, Ciputra, Prayogo Pangestu dan lain-lain.
Hal ini juga dikhawatirkan oleh pengamat politik Rocky Gerung. Menurut dia, Â Jokowi bisa saja dikudeta kelompok bisnis CPO/Minyak goreng.
Bagi mantan sekretaris BUMN, Said Didu, keputusan Jokowi tak lain dan tak bukan hanyalah pencitraan. Menurut dia kebijakannya salah kaprah. Ibarat rambut berketombe eh yang diamputasi kok kaki.
Yang sebaiknya dilakukan menurut Said Didu adalah mensubsidi minyak goreng dari dana yang selama ini dipungut dari ekspor CPO. Bukan menghentikan ekspor sama sekali. Jangan jangan nasib larangan ekspor minyak goreng itu senasib dengan larangan ekspor batu bara. Bulan Januari lalu Jokowi melarang ekspor batu bara. Tapi baru seminggu larangan itu dicabut kembali. Bukan oleh Jokowi dicabutnya. Oleh Luhut Binsar Panjaitan. Maklum saja LBP pan pebisnis batu bara.
Senada dengan Didu, pengamat politik dari universitas Paramadina, Choirul Umam, memberi perumpamaan kebijakan JKW itu ibarat mencari tikus kok rumahnya yang dibakar.
Ada kekhawatiran banyak orang kebijakan itu justru akan memicu demo mahasiswa marak lagi. Â Banyak mereka tak percaya lagi pada omongan presiden ke 7 itu.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan mengutip plesetan lagu "Tiup lilin," dalam demo mereka.
"Tiup lilinnya tiup lilinnya tiup lilinnya sekarang juga sekarang juga, diplesetkan menjadi Turun Jokowi Turun Jokowi turun Jokowi sekarang juga sekarang juga.
Lucu memang. Hahaha.- ***