Kalau saja saya masih muda dan belum jadi wartawan tua dan "rengkod", saya ingin sekali ikut meliput presiden Jokowi berkantor di Kemah/tenda, di calon koordinat 0 ibu kota Negara. Lokasi itu berada di kecamatan Sepaku Kabupaten Panajam Puser Utara Kalimantan Timur. Katanya, mulai Minggu sampai Selasa, pak Jokowi dan rombongan akan berkantor di sana.Â
Gubernur Kaltim Irsan Noor sudah menyiapkan tenda untuk presiden bekerja di Kemah itu. 33 orang gubernur di seluruh Indonesai (ic 5 gubernur se Kalimantan tapi minus gubernur Jakarta) diundang ke sana. Para gubenur itu diminta membawa kendi berisi tanah dan air dari daerah masing-masing.Â
Rencananya hari Senin 14 Maret, Presiden akan menyelenggarakan "ritual kendi". Kendi kendi dari 33 provinsi itu akan disatukan dalam "kendi nusantara" dan akan disimpan persis di lokasi istana yang akan dibangun. Selain dari para gubenur tentu saja Kepala IKN Bambang Susantono dan Wakilnya Dhonny Rahajoe yang baru dilantik, hadir di sana. Sejumlah pejabat Tinggi Negara juga diundang.Â
Salah satunya ketua MPR Bambang Soesatio. Bamsoet termasuk orang/Ketua lembaga tinggi negara yang setuju pemindahan IKN. Alasanya, wacana itu telah ada sejak jaman bung Karno tahun 1957 dan sudah dikepreskan.Â
Maunya pindah ke Palangkaraya Kalteng. Lalu 1987 jaman pak Harto, IKN akan pindah ke Jonggol. Juga sudah ada kepresnya. Tapi kedua wacana itu belum sempat dilaksanakan. Sekarang waktunya yang tepat, terutama karena Jakarta telah tidak mampu lagi berfungsi sebagai IKN kata Bamsoet alias Bambang Soesatio.Â
Sayang sekali saya tidak bisa berangkat ke sana. Alasanya yaitu tadi secara fisik saya sudah jadi wartawan "rengkod". Ada sedikit cerita anekdot dari kata wartawan rengkod itu. Waktu tahun 2011, sahabat saya wartawan Yusuf Supardi membentuk dan memimpin Mawas (Majlis Wartawan Senior) dalam sebuah pertemuan secara bercanda, saya usul agar nama Mawas diganti dengan Mawar.Â
Tak kalah bagus lho, itu nama bunga yang harum semerbak. Ketika ada yang tanya artinya apa, saya katakan itu singkatan dari Majlis Wartawan Rengkod. Keruan saja candaan murah itu mengundang tawa meriah teman-teman wartawan lansia. Kembali kepada berkantor dalam tenda di calon lokasi istana, saya merasa beliau akan sering berkantor di sana.Â
Prediksi itu didukung kebiasaan beliau yang senang blusukan ke sana kemari. Dalam benak saya, setidaknya ada dua pemimpin negara yang senang berkantor dalam tenda atau kemah. Yang satunya selain presiden Jokowi, adalah Muammar Khadafi, pemimpin revolusi Libya. Dia sangat dikenal sebagai pemimpin negara yang fenomenal, nyentrik dan kontroversi. Selama 42 tahun berkuasa, ia tidak senang tinggal di istana dan kantor yang megah.Â
Padahal raja Libya sebelumnya raja Idris yang ia kudeta tahun 1969 meninggalkan istana megah di Tripoli. Khadafi lebih senang tinggal ditenda di mana saja.Â
Kadang di tengah tengah gurun ia bangun tenda mendadak. Demikian juga jika berkunjung ke luar negeri. Termasuk ketika dia menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York.Â
Selain membawa perlengkapan tenda, pesawatnya juga membawa serta beberapa ekor unta. Konon Khadafi senang minum susu unta yang langsung diperas dari puting unta. Kenapa pemimpin Libya itu senang tinggal di tenda ? Tak pernah ditemukan jawaban yang pasti. Mungkin karena latar belakang kehidupannya yang berasal dari keluarga miskin? Ia lahir dari keluarga Badawi yang miskin di daerah gurun Surt.Â
Ayahnya yang petani hanya berusaha keras menyekolahkan Muammar yang terlahir dengan nama Muammar Muhammad Abu al Minyar Khadafi sampai tingkat sekolah lanjutan. Tahun kelahirannya juga tak jelas 1940 atau 1943. Karena kemiskinan itulah orang tuanya tak punya catatan tentang kelahiran putranya itu secara pasti.Â
Setelah dewasa ia masuk Akademi Militer Kerajaan. Untuk diketahui, Libya lahir sebagai negara monarki setelah perang dunia ke 2 tahun 1951. Sekutu Inggris dan Perancis sebagai pemenang perang memberikan kemerdekaan kepada Libya dengan penunjukan Idris sebagai raja yang pertama.Â
Sebagai perwira muda Khadafi mendirikan kelompok perwira merdeka. Itu adalah kumpulan tentara tentara muda revolusioner yang anti kerajaan. Bentuk monarki itu dimata mereka adalah feodalisme yang menindas rakyat, hidup mewah dan berfoya foya. Juga koruptif. Maka ketika raja Idris sedang berobat di Turki, tahun 1969, Khadafi dan kawan-kawan di kelompok perwira merdeka itu melancarkan kudeta. Khadafi menjadi ketua Dewan Revolusi Republik Arab Libya antara tahun 1969-1971.Â
Kemudian menjadi Pemimpin dan penuntun revolusi Jamariyah (Negara Rakyat ) Arab Libya sampai akhir kekuasaannya tahun 2011. Pada awalnya, yang dilakukan Khadafi sangat baik dan berpihak pada rakyat.Â
Dalam bidang ekonomi ia ambil alih perusahaan minyak asing seperti British Petroleum. Lalu didirikan perusahaan minyak nasional (National Oil Company). Dengan begitu semua keuntungan jatuh ke tangan rakyat. Ia juga nego harga dengan para pembeli minyak di pasar global. Menyadari Libya sangat ketinggalan di bidang pendidikan dan kesehatan, ia buka sekokah dan layanan kesehatan gratis.Â
Menurut Neyman institute, dari 4 juta penduduk Libya waktu itu (1969), hanya 250 ribu orang yang bisa baca tulis. Ia juga bangun infrastruktur. Salah satu yang fenomenal membangun sungai buatan melintasi negaranya sepanjang 2.800 km. Karenanya pertanian menjadi subur dan Libya terkenal penghasil buah-buahan terbesar di Arab dan Afrika.Â
Harga bensin hanya Rp.1.500,- Ia juga berpihak dan dekat dengan negara Islam seperti Mesir. Ia sangat mengagumi pemimpin Mesir Gamal Abd. Nazer. Ia juga mendukung emansipasi wanita dengan berdirinya Liga Wanita Libya tahun 1971.Â
Ia juga berani dan berhasil mengusir orang Italia yang sempat menjajah bertahun tahun sebelum perang dunia ke dua. Pada akhir kepemimpinannya, Libya sudah termasuk negara maju di kawasan Arab Afrika. Indek prestasi manusia tertinggi di Afrika. Tapi sebaik baik manusia pasti ada kurang dan lebih.Â
Pada dasa warsa kedua mulai terjadi silang kata antara pemimpin revolusi itu dengan rakyatnya. Khadafi mulai bertindak galak kepada para penentangnya. Mereka ditangkapi dan dihukum mati didepan publik. Ia juga melancarkan manipesto politik dengan buku hijaunya.Â
Hubungan dengan luar terutama negara anggota Nato dan Amerika sangat buruk. Dia di anggap menjadi pendukung terorisme internasional.Â
Ronald Reagan menyebutnya sebagai orang gila. Selain itu di dalam negeri mulai terjadi nepotisme dan korupsi. Gremet rakyat mulai terjadi setelah terbentuk Dewan Transisi Nasional. Kelompok ini dipimpin Mustafa Abd al Jalil, mulai berontak awal tahun 2011 di timur Libya. Mereka dengan mudah mendapat dukungan Nato dan Amerika.Â
Dengan kawalan angkatan udara Inggris Raya yang waktu itu masih jadi anngota Nato, mereka mengepung Khadafi dan tentara pendukungnya. Karena terdesak, Khadafi lari ke arah kampung halaman di Sirte. Tapi ia ketangkap tentara pemberontak. Sebulan kemudian tanggal 20 desember 2011, Khadafi dikabarkan mati ditembak tentara pemberontak yang tak lain adalah rakyatnya sendiri. Itulah dunia, itulah politik. Tak ada kawan abadi. Yang ada kepentingan diri. Pemimpin sendiri bisa dihabisi. Innalillahi waina ilahi rojiun.- ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H