Mocaf sekarang digunakan sebagai bahan baku pembuatan segala jenis makanan. Segala jenis roti, brownis cookies, nastar dan mie instant. Jangan lupa bangsa kita ini pelahap mie instan no 2 berbesar di dunia setelah Cina. Â Mocaf juga bisa dibuat beras.
Dirut Bulog Budi Waseso berniat akan mengolah Mocaf menjadi beras singkong. Daripada mengimpor beras padi, kata Buwas, lebih baik menggunakan beras singkong. Rasa dan aromanya hampir sama.
Sekarang ini sudah ada  beberapa industri pengolah Mocaf.  Ada di Lampung, Trenggalek Jawa Timur, Pati Jawa Tengah, juga di Ciamis Jawa Barat.
Memang masih ada keluhan dari Industri pengolahan Mocaf. Masalah harga.  Kata mereka harga  singkong petani harus ditata kembali.  Prinsipnya petani untung, industri juga punya profit.
Menurut Dirjen Tanaman Pangan Kementan, agar biaya produksi petani rendah, harus digunakan teknologi pertanian yang tepat guna. Gunakan bibit unggul dan pupuk yang baik. Sebenarnya sudah ada bibit unggul seperti varitas Darul Hidayah dari Lampung, Mukijat dari Malang atau hibrida dan beberapa varietas yang lain. Varietas unggul itu bisa menghasilkan 40 sampai 60 ton per hektar. Sekarang ini dengan bibit konservatif hanya menghasilkan 19 ton saja.
Jadi prospek market singkong lokal kita sekarang terbuka lebar. Apalagi kita sekarang masih import sekitar 400 sampai 500 ribu ton setiap tahun. Porsi import itu bisa diambil oleh petani singkong lokal.
Sekarang kalau saya ditanya mungkinkah kejayaan singkong di Tasik Selatan lahir kembali. Saya akan jawab insyaallah bisa. Syaratnya ada kemauan dan membuat minijmen yang baik.
Lahan tidur alias lahan "bengong" pasti masih banyak.  Dan itu atas instruksi pak Gubernur Jawa Barat akan segera diinventarisir. Itu disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat Jafar Ismail dalam pelantikan pengurus Masyarakat Singkong  Jawa Barat  belum lama ini.
Bangkitlah hai orang-orang Tasela. Bangunlah wahai "budah laut".- ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H