Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Money

Di Negeri Bahari, Garam Sulit Dicari?

20 Maret 2021   17:43 Diperbarui: 20 Maret 2021   17:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi kendala umum garam kita, selain rendah produksi juga rendah kadar NaCl yang menjadi syarat penjualan ke sektor industri. Padahal sektor industri ini menyerap lebih banyak. Tahun 2020 untuk keperluan industri mencapai 3,7 juta ton, jauh di atas kebutuhan konsumsi yang sekitar 800 ribu ton.

Apa yang harus dilakukan untuk mengangkat derajat garam kita dalam aspek kuantitas dan kualitas?

Kepala Bidang Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Perikanan dan Kelautan, Syarif Widjaja,  menyampaikan berbagai program perbaikan.  Pertama akan dilakukan lebih banyak tambak yang berintegritas, akan dibangun lebih banyak gudang garam negara, membantu pembangunan gudang garam  rakyat , menambah pabrik pengolahan (washing plant), membangun jalan penghubung serta pelatihan para petambak. Ke depan akan dimanfaatkan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap untuk pengendapan yang lebih cepat. Sasaran yang ingin segera dicapai adalah peningkatan produktivitas  dari 60 menjadi 120 ton per hektar.

Tentang kebutuhan kadar NaCl yang tinggi ada usul Dr. Mohammad Khotib Ssi M.Si untuk mengkaji ulang syarat  masuknya garam ke sektor industri. Menurut dosen fakultas MIPA IPB itu sangat mungkin kadar itu bisa diturunkan dibawah 97,3 %. Ia menunjuk Jepang yang sudah melakukan hal demikian. Jadi kalau demikian tinggal satu upaya yaitu meningkatkan produktivitas garam rakyat. Kalau itu bisa dilakukan kita tak perlu ribut lagi soal import. Tapi kata Khotib hal ini perlu dilakukan kaji ulang.

Tentang kesejahteraan para petambak, ada janji Mekomarves Luhut Binsar Panjaitan. Pak Luhut berjanji mulai tahun 2021 ini, akan mematok harga jual petambak Rp.1000 per kg. Caranya akan dihindari penyusupan garam import ke pasar konsumen. Ini perlu dilakukan untuk menghindari penurunan harga karena harga impor lebih murah. Kata dia, jumlah import akan diawasi secara ketat hanya yang benar-benar diperlukan untuk industri saja.

Untuk tahun ini quotanya sudah diputuskan dalam rakor yang dipimpin Menkoekonomi Airlangga Hartarto. Menurut Menteri KKP, Sakti Wisnu Trenggono, jumlahnya 3,017  juta ton.

Semoga ini menjadi import garam kita yang terahir. Malu dan pusing kita berteriak terus, garam, garam, garam, dari tengah lautan luas yang mengepung negeri bahari ini.- ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun