Tetapi dibalik gagasannya tentang Jurnalistik Makna ini,  Yacob sempat  dilanda kekhawatiran dan kegalauan pikir. Rasa gundahnya itu,  berkait dengan sudah, sedang  dan akan terus membanjirnya arus informasi. Di era digital ini informasi sudah sedemikian dahsyatnya. Karena dahsyat ini terkhawatirkan informasi itu tidak sempat disaring dan dimaknai dengan baik sebelum disajikan ke publik. Sekarang ini ratusan ribu situs berita masuk ke ruang ruang publik di dunia online.
Ditambah lagi dengan masuknya media sosial yang setiap hari berseliweran dan tanpa  bobot dan makna. Keadaan ini akan menurunkan bobot dan kualitas informasi yang tersaji ke ruang publik.
Jika saja Yacob tidak berpikir kepentingan banyak orang, dan hanya berpikir sektoral untuk dirinya sendiri dan kelompok usahannya, sesungguhnya tidak ada masalah. Toh dia sudah maju, sudah kaya raya bahkan super kaya. Tetapi Jacob yang  usianya sudah lebih dari  80 tahun itu, tetap tidak bisa beralih dari masalah orang banyak. Itulah sebenarnya hal yang harus dimiliki oleh semua jurnalis. Mereka harus mengabdi kepada kepentingan orang banyak, kepada keutuhan dan persatuan bangsa.
Sebagai wartawan, Yacob telah melalui proses pematangan diri. Ia pernah aktif mengurusi organisasi Pers terbesar, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Di organisasi ini, Ia pernah menjabat Sekjen. Lalu  Ketua Dewan Pembina. Ia juga pernah menjadi  Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN, Pendiri dan anggota LKBN Indonesia, Anggota Dewan Federation  Intenationale Des Editers De Jurnaux (FIEJ), dan lain lain jabatan dalam organisasi bergensi secara nasional maupun internasional.
Kesenangannya menulis diwujudkan dalam beberapa buku, antara lain :
Kedudukan dan fungsi Pers dalam Sistim Demokrasi Terpimpin (1962), Dunia Usaha dan Ethika Bisnis (2001), Berpikir ulang tentang Keindonesiaan (2002), Bersyukur dan Menggugat Diri (2009) Â dan beberapa lainnya.
Dipanggil sang Pencipta :
Banyak orang, keluarga, ribuan karyawan, teman teman sesama wartawan dan masyarakat lain berharap beliau tidak cepat dipanggil pulang. Orang tua yang arif dan bijaksana ini diharap masih terus mewariskan pencerahan dan pemikiran konstruktif kepada generasi penerus.
Namun Tuhan berkehendak lain. Rabu tanggal 9 September 2020, dalam usia 89 tahun Yacob melepas nafas terakhirnya. Banyak orang berduka, tertunduk muka ke bumi persada ini. Salah satu yang melepas dan malah bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah mantan Presiden Yusuf Kalla.
Yusuf memuji sahabatnya itu sebagai  wartawan yang mengkritik, tapi tidak menampar. Kritiknya kadang-kadang baru terasa dan disadari beberapa hari kemudian. Tapi Yacob dan Kompasnya selalu mengkritik dengan memberi solusi, kata Yusuf yang mengaku sudah bersahabat dengan almarhum selama 40 tahun.
Tubuh renta Yacob Utama dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Almarhum berhak memeluk bumi pahlawan itu karena dia penyandang  Bintang  Maha Putra Kelas I.