Mohon tunggu...
Dedi Setiansah
Dedi Setiansah Mohon Tunggu... Advisory Hukum -

Bercita-cita menjadi ghostwriter. Follow me: @bebekstruxxx

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Masjid Ramlie Musofa Tawarkan Rekreasi Religi dan Toleransi

2 Juli 2016   04:36 Diperbarui: 2 Juli 2016   12:11 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai tambahan sebagaimana yang tertuang dalam Al quran, pada suatu riwayat Rasulullah SAW, pernah Ali bin Abi Thalib membaca keras-keras bacaan shalat dan doanya, padahal orang-orang sedang tidur, lalu Rasulullah SAW menegurnya: “Bacalah untuk dirimu sendiri, karena engkau tidak menyeru Tuhan yang tuli dan jauh, Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar dan Dekat”.

Oleh karena itu, permasalahan yang ada terkait dengan pengelolaan Masjid, Langgar, dan Mushalla khususnya kepada penggunaan pengeras suara di tempat peribadatan, agar memberikan pengaruh yang baik bagi sesama umat beragama maupun umat Islam sendiri, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) memberikan peraturan yang perlu ditaati. Untuk lebih jauh, silahkan membaca Lampiran Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor: Kep/D/101/1978 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Mushalla. (Lihat disini: http://bit.ly/28UM1nC )

Pengalaman Pribadi: Berkunjung Ke Masjid-Masjid Sebagai Salah Satu Agenda Ramadhan

Dalam satu tahun hitungan penanggalan Hijriyah, bulan Ramadhan merupakan sebuah momentum yang tepat bagi umat Islam dunia untuk menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Seperti menjalankan ibadah puasa, membaca, mengkaji, dan merenungkan ayat-ayat Al Quran, menjalani Shalat lima waktu, bersedekah kepada fakir miskin, serta menjalani ibadah sunnah lainnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, sebagai berikut:

Bulan Ramadhan yang dipahami sebagai bulan “Sejuta Berkah” memiliki keistimewaan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Bulan dimana Al Qur’an sebagai hudan linnas (petunjuk bagi manusia) mulai diturunkan, amal ibadah dilipat gandakan ganjarannya dan dapat menghapuskan dosa-dosa kita di masa lalu jika ibadah tersebut dilakukan dengan tulus hanya karena Allah. Dalam sebuah hadist disebutkan, “Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum‘at lainnya dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR.Muslim).

Sebagaimana kita ketahui ajaran Islam meskipun tidak dianjurkan secara wajib untuk mengunjungi setiap Masjid sebagai tempat rekreasi atau wisata religi. Namun, jika pemahamannya berdasarkan untuk mengambil pelajaran, peringatan, dan manfaat lainnya yang bertujuan untuk sebagai perenungan keindahan ciptaan Allah SWT, menikmati indahnya alam sebagai pendorong jiwa manusia untuk menguatkan keimanan terhadap keesaan Allah SWT dan memotivasi menunaikan kewajiban hidup akan diperbolehkan.

Pada kesempatan di bulan Ramadhan tahun ini, saya dan kerabat (Rizka Kurnia R.) berkesempatan untuk mengawali dengan menjadwalkan pada setiap akhir pekan untuk rekreasi religi ke Masjid-Masjid yang ada di Jakarta. Suatu hal yang kami pahami bersama yaitu, mengunjungi Masjid sebagai alternatif refreshing rohaniah merupakan sebuah agenda untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tak melulu memenuhi kepentingan pikiran saja, tetapi juga iman. Meski perjalanan ini bukan yang pertama kali bagi kami, namun pencatatan ini sebagai bentuk dokumentasi serta informasi yang akan kami kembangkan terus menerus. Insya Allah.

Saat akhir pekan kemarin, pasca berbuka puasa dan menjalakan shalat Maghrib bersama di daerah Tebet, Jakarta Selatan (tempat kediaman Rizka Kurnia R.) kami berdua langsung menuju lokasi yang sudah kami rencanakan sebelumnya.

Tepat malam ke dua puluh satu 1437 Hijriah, kami mendatangi Masjid yang lokasinya di daerah Sunter, Jakarta Utara. Masjid Ramlie Musofa namanya. Diperlukan kurang lebih menempuh waktu sekitar empat puluhan menit untuk bisa sampai dari tempat kediaman Rizka Kurnia R. Sesampainya disana, kami berdua langsung disambut oleh penyedia parkir yang jumlahnya kurang-lebih ada empat orang. Setelah kami memarkir motor yang lokasinya tepat di depan areal Masjid, kami langsung bergegas ke dalam Masjid untuk mengejar waktu shalat Isya’ dan Shalat Tarawih .

Sebagai syarat utama memasuki Masjid sebagai syarat sahnya ibadah shalat kami, kami tidak kesulitan menemukan ruang wudhu. Ruang wudhu yang saya ilustrasikan kira-kira tergambar bagaimana cara-cara berwudhu yang terpampang jelas di setiap sisi dindingnya. Dan, dilengkapi sebuah tempat duduk untuk mengambil wudhu. Memastikan tidak berlama-lama diruang Wudhu, saya bergegas untuk segera ke ruang utama (ruang Shalat), dan dikarenakan Shalat Isya’ berjamaah tersebut sudah masuk raka’at pertama, saya tidak menyempatkan untuk Shalat “Sunnah tahiyatul masjid”, sedih namun saya tidak meninggalkan keharusan sunnah lainnya.

Kemudian pasca Shalat Isya’, sekilas saya memperhatikan beberapa kondisi dalam Masjid yang tampak luas dan bersih. Suara lantunan imam/khatib yang lembut namun jelas, kembali membuat fokus saya akan tujuan utama datang ke rumah ibadah ini. Hal yang saya pahami disaat shalat berjemaah, jika imam/khatib yang syahdu melantunkan ayat-ayat Al Quran selalu membawa kekhusyukan tersendiri bagi saya. Setelah Shalat Tarawih berjamaah, saya menyudahinya dengan berdoa bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun