Mohon tunggu...
dedi rinaldi
dedi rinaldi Mohon Tunggu... -

Dedi Rinaldi 42 Tahun Marriage Depok, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mengejar Matahari

9 Februari 2011   07:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boxing Day, 26 Desember 2005, kubu Liverpool seperti diliputi hari yang aneh. Pada satu sisi, ingin rasanya memeluk tapi dia adalah lawan. Ingin rasanya menaruh hormat, namun mengangkangi lawan merupakan keharusan.

Semuanya terjadi karena pada hari itu ”sang tercinta” Michael Owen pulang ke Anfield untuk pertama kalinya setelah setahun mengembara di Real Madrid. Cuma kali ini Owen datang dengan warna hitam putih Newcastle United.

Jamie Carragher, bek dan sahabat Owen di Liverpool sejak usia 17 tahun mengaku tak bisa meredam keganjilan di hatinya. “Aneh rasanya melihat Owen berada di Anfield dengan warna hitam putih,” katanya.

Ternyata, hati sang kapten Liverpool Steven Gerrard pun senada. Namun, dengan cerdik ia menutupi kegamangan. “Bila saja Owen mencetak gol pada pertandingan ini, ia pasti akan mendapat standing ovation dari pecinta Liverpool.”

Pertandingan pun dimulai. Meski berbalut rasa sentimentil, Liverpool akhirnya sukses membabat Newcastle 2-0. Demi hormat pada Owen, Liverpool kabarnya meminta pemain tak menari-nari saat merayakan gol.

“Karena sesungguhnya kami tak pernah menginginkan Owen pergi. Keluarlah ke jalan-jalan, anda akan tahu bahwa penduduk Liverpool tetap mencintainya,” kata Carragher.

Berselang enam tahun kemudian, Liverpool seperti kembali terjerat peristiwa serupa, tentang seseorang yang dicintai berubah kulit menjadi musuh. Kali ini pelakonnya adalah Fernando Torres.

Pada Minggu, 6 Februari 2011, disaat debutnya memakai baju biru Chelsea, Torres langsung bertemu Liverpool, klub yang telah memberinya sekeranjang cinta di Inggris sejak 2007. Hanya berbeda dengan Owen, rasa cinta telah kandas untuk Torres.

Setelah resmi melintas ke Chelsea, kaus Torres dibakar para pecinta Liverpool. Oleh para legenda, striker asal Spanyol itu bahkan dicerca sebagai seorang penipu ulung. John Aldridge, satu legenda The Reds menyebut Torres sebagai seorang yang telah meludahi wajah Liverpudlians yang mencintainya.

”Pahamilah, dia bukan siapa-siapa. Dia pembohong besar dan hanya seorang pemain biasa, yang pergi untuk bayaran lebih besar, bukan kemajuan karier,” kata Aldridge.

Takdir

Kebencian Liverpool mengalir deras meski Torres sudah menjelaskan bahwa kepergiannya sebagai seorang yang ingin merasakan juara Premier League. ”Setiap musim Chelsea memiliki peluang juara. Saya tidak bisa membuang kesempatan bergabung dengan tim seperti ini,” kata Torres.

Sebenarnya, Torres tak bisa disalahkan tentang hal ini. Ketika pergi ke Madrid pada 2004, Owen pun punya pikiran sama, dan Liverpool sendiri dalam kondisi lemah, dalam arti tidak ada kejelasan tentang kemungkinan meraih trofi.

Karena itu, menyimak persamaan ini menarik untuk membandingkan kisah antara Owen dan Torres.

Entah sudah takdir, ternyata Owen mendarat di Madrid pada waktu yang tidak tepat. Saat itu Madrid merupakan tim yang telah melupakan keseimbangan antara penyerangan dan pertahanan. Dampaknya pasti, trofi La Liga Spanyol semusim sebelum Owen datang langsung hanyut.

Sementara itu, Liverpool yang ditinggal Owen justru merebut trofi Liga Champion dan kemudian bergerak lincah di jalur trofi Premier League. Realitas yang membuat Gerrard bersedih. “Sayang, Owen tak lagi berada di sini ketika Liverpool jauh telah kondusif.”

Hanya setahun di Madrid, Owen kembali ke Inggris dan bergabung di Newcastle, klub yang probabilitasnya jauh di bawah Liverpool untuk menjadi juara. Pada 2009, secara mengejutkan Manchester United membeli Owen. United jelas merupakan klub yang selalu berpeluang merebut trofi.

Karena itu, muncul harapan bahwa penantian panjang Owen pada trofi Premier League akan berakhir. Nyatanya, trofi Premier League tidak juga segera datang menghampiri. Musim pertama Owen di United dilalui dengan Chelsea yang menjadi juara, sehingga saat itu muncul sebutan bagi Owen sebagai ”mengejar matahari”. Owen seperti tak pernah sampai pada sinar yang terang-benderang.

Kendati begitu, di usia senja pengejaran Owen sangat mungkin akan berakhir pada musim 2010/11 ini. Dengan kinerja United yang stabil di puncak klasemen, Owen bakal bisa mengecup trofi Premier League untuk pertama kalinya dalam hidup.

Torres tentu tak ingin menunggu hingga usia senja untuk bisa memeluk trofi Premier League. Pilihannya hengkang ke Chelsea mungkin saja benar. Namun, kekalahan 0-1 dari Liverpool seperti memperlihatkan The Reds yang ditinggal Torres bagai telah menemukan bentuk yang benar di tangan pelatih King Kenny.

Sedangkan pada sisi lain, Chelsea belum juga kembali pada bentuk terbaiknya. Apakah nasib Torres bakal serupa Owen? Takdirlah yang akan menjawabnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun