Mohon tunggu...
Dede Yusuf
Dede Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Ciamis

Hobi Nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suku Bajo, Sang Aquaman di Dunia Nyata

16 Desember 2024   13:34 Diperbarui: 16 Desember 2024   14:19 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : screenshot YouTube kulturnesia 

sumber : YouTube kulturnesia

Aquaman adalah salah satu karakter superhero fiksi yang bisa hidup di dua alam yaitu daratan dan lautan. Namun apakah kalian tahu jika di Indonesia ada salah satu suku yang punya kemampuan serupa?

Suku tersebut adalah Suku Bajo, Sebuah suku yang dikenal sebagai penjelajah lautan ulung dan penyelam yang sangat handal. Kehidupan suku bajo adalah berlayar dari satu titik ke titik lain, dan tak pernah berhenti menyusuri lautan luas.

hidup nomaden adalah salah satu ciri unik suku ini. mereka menghabiskan sekitar 60% hidupnya di laut. suku Bajo ini mempunyai kelebihan menyelam di atas rata-rata manusia normal. mereka mampu menahan nafas selama 13 menit dengan kedalaman menyelam yang cukup ekstrim yaitu 50-60 meter di bawah permukaan laut. 

kemampuan unik Suku Bajo itu merupakan adaptasi dari kebiasaan orang-orang suku Bajo yang hampir 24 jam hidup di lautan. dari Hasil penelitian para ilmuan menemukan bahwa organ limfa orang-orang Suku Bajo ternyata lebih besar 50% dibanding ukuran normal manusia pada umumnya. Hal inilah yang menyebabkan produksi oksigen dalam darah orang Suku Bajo akan lebih banyak, yang membuat mereka dapat menahan nafas lebih lama dari orang normal pada umumnya.

Bandingkan dengan kita, yang Rata-rata hanya bisa menahan napas selama 30--90 detik. Jadi tidak salah jika suku bajo disandingkan dengan Aquaman, meskipun hanya hiperbola.

Orang orang Bajo menyebut mereka dengan sebutan orang sama. menempati hampir seluruh kepulauan di Indonesia, seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Bahkan suku Bajo ini bisa ditemukan di luar negeri seperti di perairan Sabah Malaysia, dan tawi-tawi serta Mindanao di Filipina.

Menurut sejarah, suku Bajo ini berasal dari Kepulauan sulu di Filipina selatan. banyak juga yang menganggap asal usul suku bajo dari Semenanjung Malaka lalu berimigrasi ke berbagai penjuru nusantara. namun ada juga yang mengatakan orang bajo berasal dari Sulawesi Selatan dan menyebar ke wilayah lainnya.

tempat tinggal yang nomaden membuat beberapa dari mereka tidak memiliki identitas kewarganegaraan, namun saat ini karena perubahan zaman banyak dari suku Bajo yang sudah mulai hidup menetap dan membangun rumah di pesisir pantai.

Suku Bajo memiliki kehidupan yang unik, di mana sebagian besar dari mereka telah mulai tinggal di rumah panggung yang dibangun di atas air dan disebut "lepa-lepa" atau "rumah terapung". Rumah tersebut terbuat dari kayu yang direkatkan dengan rotan. uniknya, mereka menambahkan material alami dari laut, seperti terumbu karang dan kerang sebagai hiasan.

Namun, ada juga sebagian Suku Bajo yang hidup sebagai penghuni perahu. Biasanya, dua hingga enam keluarga akan bergabung dalam grup untuk menangkap ikan. Grup ini dimaksudkan untuk berkumpul bersama, berbagi makanan, jaring dan perlengkapan serta menggabungkan tenaga kerja. 

Perahu yang digunakan sebagai tempat tinggal juga bervariasi, namun rata rata memiliki panjang 10 meter dan lebar 2 meter.

Saat ini, masyarakat Suku Bajo juga mulai belajar melakukan budidaya komoditi laut, seperti lobster, udang, dan ikan kerapu. Selain itu ada juga masyarakat yang bertani rumput laut.

Bahasa yang digunakan oleh suku Bajo adalah bahasa sama-Bajo yaitu bahasa Austronesia yang memiliki dialek-dialek yang berbeda antar kelompok. Suku Bajo juga memiliki tradisi musik dan tarian yang khas, seperti tarian Katreji dan Tari Lariangi yang sering ditampilkan dalam upacara adat atau festival lokal.

Suku Bajo juga memiliki pakaian adat yang mencerminkan kehidupan mereka yang disebut "Sarija". Sarija merupakan Busana Adat untuk kaum pria Bajo. Pakaian ini terdiri dari sigar, kamas, saluar, dan bidah. Sedangkan pakaian adat perempuan bernama "Samara" yang terdiri dari Sigada, Kamada, Juada, dan Roktaha.

Suku Bajo memiliki sejarah yang kaya, kehidupan sosial yang unik, dan kekhasan dalam pakaian dan rumah adat mereka. Hal itulah yang membuat Indonesia menjadi semakin kaya akan budaya dan tradisi nenek moyang yang selalu diwariskan turun-temurun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun