Namun, ada juga sebagian Suku Bajo yang hidup sebagai penghuni perahu. Biasanya, dua hingga enam keluarga akan bergabung dalam grup untuk menangkap ikan. Grup ini dimaksudkan untuk berkumpul bersama, berbagi makanan, jaring dan perlengkapan serta menggabungkan tenaga kerja.Â
Perahu yang digunakan sebagai tempat tinggal juga bervariasi, namun rata rata memiliki panjang 10 meter dan lebar 2 meter.
Saat ini, masyarakat Suku Bajo juga mulai belajar melakukan budidaya komoditi laut, seperti lobster, udang, dan ikan kerapu. Selain itu ada juga masyarakat yang bertani rumput laut.
Bahasa yang digunakan oleh suku Bajo adalah bahasa sama-Bajo yaitu bahasa Austronesia yang memiliki dialek-dialek yang berbeda antar kelompok. Suku Bajo juga memiliki tradisi musik dan tarian yang khas, seperti tarian Katreji dan Tari Lariangi yang sering ditampilkan dalam upacara adat atau festival lokal.
Suku Bajo juga memiliki pakaian adat yang mencerminkan kehidupan mereka yang disebut "Sarija". Sarija merupakan Busana Adat untuk kaum pria Bajo. Pakaian ini terdiri dari sigar, kamas, saluar, dan bidah. Sedangkan pakaian adat perempuan bernama "Samara" yang terdiri dari Sigada, Kamada, Juada, dan Roktaha.
Suku Bajo memiliki sejarah yang kaya, kehidupan sosial yang unik, dan kekhasan dalam pakaian dan rumah adat mereka. Hal itulah yang membuat Indonesia menjadi semakin kaya akan budaya dan tradisi nenek moyang yang selalu diwariskan turun-temurun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H