Current Account (Neraca Transaksi Berjalan) merupakan salah satu dari dua komponen utama neraca pembayaran di samping capital account. Current Account suatu negara terdiri dari neraca perdagangan, penerimaan yang bisa dari investasi asing dan transfer tunai antar negara.
Virus corona atau covid-19 telah menekan ekonomi beberapa negara, termasuk Indonesia. Beberapa sektor perdagangan dan pariwisata menjadi terhambat yang bagaimana dua sektor tersebut menjadi penyumbang terbanyak untuk untuk pendapatan negara setelah Pajak.
Sejumlah beberapa negara melakukan lockdow atau penutupan wilayah untuk mencegah penularan virus corona atau covid-19, seperti China negara yang pertama kali ditemukan virus corona, yang melakukan penutupan wilayah untuk beberapa provinsi di wilayahnya.
Apakah hal tersebut akan mempengaruhi Current Account atau neraca perdagangan Indonesia ?, Menko Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan "Perekonomian Indonesia mulai melewati titik terendah (rock bootom) di QII 2020. Di QIII 2020, sektor-sektor sudah mulai pulih duluan atau tumbuh signifikan yaitu sektor pertanian, Informasi dan Komunikasi, Jasa Kesehatan dan Jasa Pendidikan.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai ekspor Indonesia pada November 2020 mencapai US$15,28 miliar, meningkat 6,36 persen dibandingkan ekspor Oktober 2020. Begitu pula dibandingkan November 2019 yang meningkat sebesar 9,54 persen.
Ekspor nonmigas Indonesia pada November 2020 mencapai US$14,51 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan dengan Oktober 2020 sebesar 5,56 persen. Begitu pula dengan tahun sebelum nya yaitu November 2019 yang juga mengalami peningkatan 12,41 persen.
jika dilihat secara kumulatif ekspor dari Januari-November 2019-2020 Â mencapai US$146,78 miliar dan jika dibanding dengan periode yang sama tahun 2019 ekspor nonmigas Indonesia sebesar US$139,49 miliar atau turun 2,18 Persen.
Sedangkan ekspor nonmigas mengalami peningkatan terbesar pada November 2020 terhadap Oktober 2020 terjadi pada minyak hewani/nabati dan lemak sebesar US$449,4 juta (23,62 persen), sedangkan pada perhiasan/permata yang mengalami penurunan sebesar US$254,7 juta (43,37 persen).
Jika dilihat dari sektor, ekspor nonmigas dari industri pengeolahan mengalami kenaikan pada Januari-November 2020 di bandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar 1,46 persen, demikian pula ekspor dari hasil pertanian naik sebesar 13,64 persen, kemudian dari ekspor hasil tambang dan lain-lain mengalami penurunan sebesar 22,99 persen.
Ekspor nonmigas November 2020 yang masih dikuasai China sebesar US$3,32 miliar, kemudian Amerika Serikat sebesar US$6,61 miliar dan Jepang sebesar US$1,19 miliar, jika dihitung kontribusi ketiga nya 42,11 persen.
Jika barang dihitung asal provinsi, ekspor Indonesia terbesar dari Januari-November 2020 berasal dari provinsi Jawa Barat dengan nilai US$23,96 miliar (16,30 persen), kemudian diikuti provinsi Jawa Timur sebesar US$18,52 miliar (12,62 persen) dan provinsi Riau sebesar US$12,28 miliar (8,37).
Meskipun Covid 19 telah memperlambat perekonomian Global termasuk Indonesia, namun Current Account (neraca transaksi berjalan ) masih di bilang cukup baik, hal ini bisa dilihat dari nilai ekspor Indonesia surplus di QIII tahun 2020 sebesar USD 0,96 miliar atatu setara dengan 0,4 persen dari PDB.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan "Pertumbuhan ekonomi di QIII merupakan sinyal baik untuk memulihkan perokonomian dan meraih peluang di tahun 2021".
Sumber Referensi :Â
Badan Pusat Statistik (bps.go.id)Â
INDIKATOR EKONOMI | ID | TRADINGECONOMICS.COM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H