Walaupun udah kenal lama, aku deg-degan ketemu si dia. Aduh, ntar kaku nggak ya? Ngobrol nggak ya? Apalagi, kami bakal sekamar selama tiga eh empat hari.
Dan, ketika akhirnya kami bertemu. Kekhawatiran itu sirna. Jadinya, ngoceeeeh melulu! Ada saja yang dibahas.Â
Kami malah nggak keluar-keluar dari kamar pada hari pertama di kamp *eh. Padahal, Widya Rosanti sudah jalan kaki sampai Floating market. Mbak Erna sudah minum wedang ronde di warung depan.Â
Hohoho, Aku dapat oleh-oleh kopi Aceh asli, lho. Kopinya wangii. Aceh terkenal sebagai produsen kopi nikmat di Indonesia. Tadinya, aku nggak begitu suka kopi, hanya kopi susu saja. Eh, kopi Aceh Kak Beby nikmat pisan. Nendang. Gara-gara langka, minumnya juga dikit-dikit biar awet. Special occasion aja hihihi.
Dan eykee, Saking excitednya mau kopdaran perdana dengan Kak Beby, malah lupa menyiapkan oleh-oleh, hiks *alasaaan!
Hari berikutnya terasa berat *tsaah. Muka-muka kami sudah lecek. Menerima materi seabrek, mikir ide, meeting dengan editor, ngedit cerita.
Perempuan yang fasih bahasa Jerman ini, rajiin bingit bikin tugasnya. Begitu kelar meeting dengan editor, tugasnya langsung digarap.
Aku malah tidur dulu dengan harapan bangun dini hari. Ngetik sambil nonton film horor di HBO. Padahal, ceritaku baru kelar dibantai!
"Kepalaku berasap. Rasanya, disini aku nggak ada apa-apanya. Anak bawang. Padahal di Aceh aku seleb lho!" canda Kak Beby hihi setelah naskah kami direvisi untuk kesekian kalinya.
Iyaa, Di Banda Aceh, Kak Beby aktif sebagai penulis dan pengajar kelas menulis yaitu Kelas Menulis Keren & Aktif. Ia juga aktif di FLP Aceh. Selain itu, ia mengajar bahasa Jerman di sebuah SMA negeri dan menjadi editor untuk sebuah majalah terbitan Aceh.Â
Dan dia mengaku mati kutu di workshop cerita anak ini! Hahaha, sama! *golek konco, doeeng!