Mohon tunggu...
Dede Taufik
Dede Taufik Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Berpikir Aset untuk Atasi Krisis Pangan dari Rumah

28 Oktober 2023   00:02 Diperbarui: 28 Oktober 2023   08:58 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bercocok tanam.(Shutterstock via Kompas.com)

Setiap orang pasti memiliki aset dalam diri dan juga lingkungannya. Kemauan, kesehatan, dan pengetahuan itu juga merupakan sebuah aset. Secara sederhana, aset merupakan sebuah modal, potensi, dan atau kekuatan yang dimiliki oleh individu maupun juga komunitas atau organisasi.

Dalam mengatasi krisis pangan, berpikir aset ini haruslah dilakukan. Misalnya dengan cara memanfaatkan aset yang kita miliki dari rumah. Tak perlu dengan modal yang besar. Gratis pun bisa dilakukan.

Beberapa aset yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi krisis pangan dalam lingkup paling kecil secara mandiri dengan bercocok tanam di halaman rumah yaitu:

1. Kemauan

Apakah Anda punya kemauan untuk mulai bercocok tanam? Jika iya, berarti Anda sudah memiliki aset yang sangat berharga. Pasalnya, tak sedikit yang enggan untuk bercocok tanam. 

Banyak alasan yang bisa didengar, seperti tidak bisa bertani, belum pernah menanam tanaman, tidak ada waktu untuk bercocok tanam karena sibuk kerja, dan alasan-alasan lainnya untuk memperhalus dari ketidakmauan. Jadi, beruntung sekali bagi Anda yang sudah ada kemauan dalam diri untuk memulainya.

2. Kesehatan

Setiap orang ingin sehat. Dapat dipastikan jika tak ada orang yang menginginkan sakit. Jika kesehatan Anda baik. Dalam hal ini Anda sehat, baik sehat jasmani dan juga rohani. Maka, kesehatan tersebut adalah sebuah aset yang dapat dimanfaatkan untuk memulai bercocok tanam.

3. Pengetahuan

Apakah Anda pernah melihat seseorang yang sedang bercocok tanam? Atau pernah melihat di pekarangan rumah milik orang lain yang penuh dengan tanaman? Pernahkah Anda mencoba mencari tahu bagaimana caranya?

Jika iya, berarti Anda sudah punya pengetahuan awal untuk memulainya. Jika pun tidak, ketika Anda sudah punya kemauan dan kesehatan maka pengetahuan bisa dicari dengan mudah. Pasalnya banyak informasi yang telah tersedia di internet, baik dalam bentuk artikel maupun juga video.

Sebagai upaya yang sudah dilakukan Pade dalam bercocok tanam di halaman rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga adalah dengan menanam beberapa tanaman, yaitu:

1. Singkong

Pohon singkong di belakang rumah. (Dokumentasi pribadi)
Pohon singkong di belakang rumah. (Dokumentasi pribadi)

Singkong adalah jenis tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani di desa. Menanamnya juga sangat mudah. Lahan yang dimanfaatkan Pade untuk menanam pohon singkong adalah di belakang rumah. Dari pohon singkong ini ada yang sengaja untuk dimanfaatkan daunnya dan ada yang dibiarkan untuk dimanfaatkan umbinya. 

Untuk yang khusus diambil daunnya, Pade buat seperti pagar. Awal mulanya adalah karena istri Pade suka sekali dengan daun singkong. Jika ingin daun singkong, Pade harus mencari ke kebun milik bapak. 

Berkeliling ke sana kemari, untuk mencari pohon singkong yang bisa diambil daunnya. Karena jika pohon singkong itu untuk diambil umbinya nanti, tidak boleh diambil daunnya. 

Jika diambil, katanya pertumbuhan dan perkembangannya agak menjadi jelek. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pade berinisiatif membuat pagar di belakang rumah dari pohon singkong saja.

2. Tomat

Pohon tomat di pinggir rumah. (Dokumentasi pribadi)
Pohon tomat di pinggir rumah. (Dokumentasi pribadi)

Tomat adalah buah yang memiliki kandungan vitamin C. Lahan yang dimanfaatkan Pade untuk menanam tomat ini adalah di pinggir rumah sebagai pembatas dengan kolam. 

Sengaja disimpan di pinggir rumah karena tujuannya untuk menghalangi bocil Pade agar tidak main ke pinggir kolam. Takut dan khawatir soalnya kolam tersebut memiliki kedalaman sekitar kurang lebih 2 meter.

Ada cerita menarik ketika menanam tomat ini. Pasalnya, ketika sedang menanam. Ada tetangga yang lewat, katanya jangan terlalu banyak menanam pohon tomat. Nanti jika berbuah, buahnya suka cepat buruk. 

Padahal, Pade cuma menanam beberapa pohon saja. Alhamdulillah kini tomatnya sudah berbuah dan sudah sering menikmatinya dan tidak sampai mubazir. Karena suka dimanfaatkan juga oleh saudara untuk keperluan masak.

3. Pisang

Pohon pisang di pinggir rumah. (Dokumentasi pribadi)
Pohon pisang di pinggir rumah. (Dokumentasi pribadi)

Pisang di daerah kami disebut juga cau. Pohon pisang ini ditanam di pinggir rumah Pade dekat jalan. Sebenarnya, pohon pisang ini sudah ada sebelum Pade membangun rumah. Dibiarkan ada, karena memang keluarga suka dengan pisang. Ya, tentu dengan rasanya yang nikmat dan juga kaya akan vitamin dan serat.

4. Cengek

Pohon cabai di belakang rumah. (Dokumentasi pribadi)
Pohon cabai di belakang rumah. (Dokumentasi pribadi)

Cabai rawit, yang di kampung kami dikenal dengan cengek. Rasanya khas karena pedas. Lahan yang Pade gunakan untuk menanam cengek ini pun masih di pinggir rumah dan berdampingan dengan tomat. Senangnya, karena cengeknya sudah berbuah. Sama halnya seperti bua tomat.

Bagi Pade, bercocok tanam dengan memanfaatkan halaman rumah kini telah memberikan kepuasan tersendiri. Sore hari sepulang kerja, sebelum mandi sudah menjadi rutinitas bagi Pade untuk menyiram tanaman tersebut. 

Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, bercocok tanam juga bisa menjadi hiburan sederhana. Ada kebahagiaan yang terpancar ketika melihat tanaman yang ditanam sudah mulai berbuah. Selamat mencoba!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun