Catatan: Analisis studi kasus yang digunakan untuk menjawab pertanyaan pertama adalah menggunakan segitiga restitusi.
2. Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah
langkah-langkah restitusi yang telah diusulkan mereka?
Jawaban:
- Langkah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai.
- Mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya.
- Mengirim email kepada Ibu Eni.
- Memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.
3. Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
Jawaban:
- Posisi yang diambil Ibu Eni adalah teman.
- Nada suara: ramah, akrab, dan bercanda. Bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka.
Kalimatnya yaitu:
"Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?"
4. Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh Ibu Santi?
Jawaban:
- Saya akan mendukung keputusan Bu Santi karena posisi kontrolnya adalah sebagai menajer.
- Posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Refleksi Kasus 1:
Jika di sekolah menemukan kasus seperti Fifi dan Natali, maka yang akan dilakukan adalah seperti Ibu Santi yang memposisikan diri sebagai manajer. Kemudian, dalam menanamkan kedisiplinannya dengan menerapkan segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.