Pohon Cabai yang tumbuh di wadah kecil ini berada di belakang rumah Pade. Sesuai wadahnya, tubuhnya pun kecil mungil. Daunnya berguguran dan tak hijau mulus melainkan hijau kecoklatan. Sungguh nasib pohon Cabai ini malang sekali.
Maafkan Pade yang belakangan ini tak memperdulikanmu. Maafkan Pade yang tak bisa merawatmu dengan baik. Kini engkau menjadi malang diusiamu yang meskinya harus sudah berbuah.
Sewaktu kamu kecil, Pade selalu memanjakanmu. Menyiram setiap pagi dan sore. Memberimu asupan pupuk. Pokoknya, kamu menjadi teman bagi Pade untuk menghilangkan kejenuhan karena rutinitas keseharian.
Kok malah jadi puitis begitu ya? Hehe, gak apa kali ya sambil belajar buat bikin puisi juga.
Setelah Pade pulang kampung, hobi Pade ya belajar menanam berbagai tanaman yang sekiranya bermanfaat juga bagi keluarga Pade. Seperti menanam tomat, pohon pisang, dan juga singkong.Â
Terkhusus untuk pohon singkong, Pade sendiri banyak menanamnya di belakang rumah. Hal ini karena istri Pade si cinta suka sekali dengan lalap daun singkong. Cuman beberapa pohon singkong, yang Pade tidak ambil daunnya. Supaya nanti singkongnya bisa tumbuh sebagaimana mestinya.
Kembali lagi ke bahasan pohon Cabai yang malang ini. Nampaknya, seiring dengan perhatian Pade yang kurang padanya. Cuaca disini belakangan ini panas sekali. Ya, sedang musim kemarau katakanlah. Sehingga, dia kekurangan air dan menjadikan pohon Cabai ini terhambat pertumbuhannya.
Selain itu, di pinggirnya juga tumbuh rerumputan. Maklum, karena sedang agak agak sibuk sedikit jadi belum sempat membersihkannya. Biasanya sih Pade suka membersihkan rumput-rumput ini bersama dengan si cinta. Namun, karena si cinta belum beradaptasi tinggal di desa menyebabkan si cinta tak mau sendiri membersihkannya. Alasannya, katanya takut kalau di belakang sendirian. Kan di belakang rumah memang kebun yang banyak pepohonan.
Semoga saja ke depannya, pohon Cabai ini pulih kembali. Bisa tumbuh subur lagi. Meskipun Pade sendiri belum terlalu memahami tentang bertani, apakah nantinya bisa kembali normal pertumbuhannya atau tidak?Â
Barangkali ada masukan atau tipsnya dari yang sudah paham dalam ilmu bertani! Tentunya hal itu sangat dinanti.
Terima kasih, salam sehat semuanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H