Mohon tunggu...
Dede Taufik
Dede Taufik Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tanggapan “UN 2016 Berbasis Komputer”

13 Mei 2014   23:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanggapi berita “UN 2016 Berbasis Komputer” (Kolom Pendidikan Pikiran Rakyat, Kamis/20 Maret 2014) yang isinya Ujian Nasional (UN) berbasis Information Communication and Technologi (ICT) akan dilaksanakan paling lambat 2016.

Rencana pelaksanaan UN 2016 dengan berbasis ICT yang didalamnya terdapat Computer Assisted Test (CAT) dan Computer Based Training (CBT) di Indonesia, merupakan langkah yang menarik dan patut diacungkan jempol. Namun, hal tersebut memerlukan proses yang serius untuk menjawab persoalan berkenaan dengan berapa besarnya biaya yang diperlukan untuk pengadaan komputer se-Indonesia? Bagaimana langkah tepat menyiapkan siswa dan guru agar melek ICT?

Dengan banyaknya jumlah sekolah dan jumlah siswa di Indonesia mulai dari tingkat SD sampai tingkat SMA, tak terbayangkan dana yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah untuk pengadaan komputer dan sarana prasarana, dengan kurun waktu hanya dua tahun. Pelaksanaan UN yang sifatnya serentak memberikan anggapan bahwa setiap siswa harus menggunakan satu komputer secara individu.

Fakta di lapangan tidak semua guru dan siswa mahir mengoprasikan komputer, apalagi bagi mereka yang berada di daerah terpencil. Kebanyakan dari mereka, terutama bagi guru yang sudah tua masih awam dalam menggunakan atau mengoperasikan komputer. Hal tersebut, akan menjadi kendala dan butuh penanganan yang serius, anggapannya tak mungkin sistem ICT diberlakukan sedangkan subjek sebagai pelaksana pun tidak memahami basis ICT tersebut. Meskipun hampir di setiap sekolah terdapat beberapa unit komputer hasil dari pengadaan DAK (Dana Alokasi Khusus) atau lewat pengadaan jenis lainnya, tetapi yang biasa mengoperasikannya sebagian besar merupakan guru yang bertindak sebagai operator sekolah, selain itu entahlah.

Langkah tepat yang sekarang perlu dilakukan oleh Pemerintah adalah mengadakan pelatihan terhadap guru secara intensif, baik bagi guru yang masih muda maupun guru yang sudah tua. Setelah semua guru mengerti dan mampu mengoperasikan komputer barulah mereka mentransfer kembali kepada peserta didik dengan cara mengenalkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam computer kemudian melatih dan mengajarkan hingga peserta didik pun menjadi mahir. Namun, hal demikian akan terwujud apabila sarana dan prasarana telah tersedia, agar dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan, dan bukan hanya sekedar wacana belaka.

Selanjutnya, menyinggung dari kurikulum 2013 tidak terdapat mata pelajaran TIK (Tekhnologi Informasi dan Komputer) yang diajarkan secara langsung terhadap peserta didik, karena telah dihilangkan dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Padahal, jika rencana pelaksanaan UN tahun 2016 berbasis ICT, tentunya mata pelajaran TIK di sekolah harus ada dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun