4. Saham
Yang terakhir menurut saya tetap saham. Di saat inflasi tinggi, umumnya risiko investasi meningkat, perlambatan ekonomi menjadi kian nyata, dan pelemahan daya beli dapat merebak. Semua itu memicu gelombang pesimisme di pasar modal. Namun sebenarnya dalam jangka panjang, inflasi bisa memberikan efek positif kepada sejumlah aspek.Â
Pertama, kenaikan inflasi akan membuat perusahaan memiliki momentum melakukan penyesuaian harga jual. Ini akan membantu perusahaan, mengurangi beban yang selama ini mungkin masih disubsidi guna mempertahankan pasar. Kenaikan harga juga akan mendorong kenaikan nilai penjualan, dan perbaikan laba bersih perusahaan.Â
Kedua, inflasi akan menjadi momentum bagi perusahaan yang kuat, untuk semakin memperluas bisnisnya. Utamanya dalam menanti pesaing bisnis mereka tumbang, atau melakukan aksi akuisisi. Untuk itu perusahaan dengan uang cash yang banyak di saat inflasi bisa menjadi pilihan untuk jangka panjang.Â
Ketiga, potensi kenaikan penjualan, laba bersih, dan bisnis perusahaan, akan meningkatkan harga saham. Seiring dengan berjalannya waktu, emiten dengan proses bisnis paling efisien akan menjadi pemenang di kala inflasi menggila.
Nah, agar Anda menemukan perusahaan yang tepat, maka perlu mengkaji laporan keuangan perusahaan tersebut dengan detail. Bagaimana mengkajinya? Silakan cek sendiri, ya.
Ingat pesan Benjamin Graham dalam bukunya The Intelligent Investor, "Buy when most people, including experts, are pessimistic, and sell when they are actively optimistic."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI