Mohon tunggu...
Dede Suprayitno
Dede Suprayitno Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Mantan Jurnalis

Dosen ilmu komunikasi yang juga memiliki minat pada isu ekonomi. Saat ini mengajar di UPN Veteran Jakarta dan Unisma Bekasi. Sebelumnya pernah berkarir sebagai reporter di Jawa Pos dan Harian Kontan serta menjadi produser di CNBC Indonesia TV.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Awas! Uang Anda di Tabungan Terkikis Makin Besar Mulai Sekarang!

17 Juli 2022   09:00 Diperbarui: 18 Juli 2022   17:00 1889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: freepik.com

Uang Anda yang ada di tabungan, dipastikan akan terkikis pelan-pelan. Tanpa Anda harus memantaunya setiap hari, uang Anda juga akan berkurang. Saya tidak sedang mengada-ngada ketika mengatakan hal ini. Karena tanda-tandanya sudah ada di depan mata. Apa itu? Ya, inflasi.

Jerih payah yang Anda kumpulkan di tabungan akan berkurang nilainya. Saya tidak sedang berbicara jumlah, namun berbicara nilai mata uang itu sebagai alat tukar.

Bila Anda memiliki uang Rp 10 juta pada 10 tahun lalu. Saya yakin, dengan uang itu Anda bisa membawa pulang sebuah sepeda motor baru. Namun saya sangsi jika jumlah uang itu tetap utuh pada saat ini. Uang Rp 10 juta itu tentu tidak bisa mendapat sebuah sepeda motor baru.

Ya! karena nilai Rp 10 juta pada 10 tahun lalu, berbeda dengan Rp 10 juta pada tahun ini. Perbedaan nilai itu disebabkan adanya inflasi. Kenaikan harga-harga sejumlah barang, membuat nominal mata uang serasa menyusut. Maka rugilah bagi mereka yang sekadar menaruh uang mengendap dalam bentuk tabungan. Karena uang itu akan tergerus inflasi tahun demi tahun. 

sumber: freepik.com
sumber: freepik.com

Ironisnya inflasi usai krisis multidimensi pandemi covid-19, justru melaju kian cepat. Hal itu diperparah dengan adanya perang antara Ukraina dan Rusia yang memici krisis supply, sehingga menyebabkan harga sejumlah barang kebutuhan pokok naik. Sesuai dengan prinsip hukum ekonomi, jika permintaan tinggi namun stok terbatas maka akan mengerek harga. Begitu juga berlaku sebaliknya. 

Perang di Eropa Timur itu membuat sejumlah bahan pangan dari Ukraina terhambat. Apalagi blok barat mengenakan sanksi pada produk Rusia, sehingga menganggu rantai pasok global. 

Padahal salah satu produk pangan andalan Rusia adalah gandum. Selain itu, Rusia juga merupakan penghasil pupuk, dimana Indonesia pun masih bergantung pada impor pupuk Rusia. 

Akibat adanya gangguan pasokan itu, sejumlah harga bergejolak. Menimbulkan efek domino yang akhirnya bermuara pada inflasi. Kenaikan harga pupuk adalah kiamat bagi dunia pangan. Harga amonia yang melonjak, akan membuat ongkos produksi pangan naik. Akibatnya tentu sudah bisa ditebak: harga turut naik. 

Kenaikan harga pangan adalah hal krusial. Siapa yang tidak bergidik ngeri dibuatnya kalau sudah berbicara urusan perut. Berbicara urusan perut bahkan bisa menggoyang pemerintahan suatu negara. Bila kenaikan harga pangan sudah terjadi dengan konsisten tanpa terkendali, maka bersiap-siaplah terhadap perkembangan data inflasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun