Mohon tunggu...
Dede Sulastri
Dede Sulastri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia. Tertarik dalam dunia pendidikan dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Childfree: Pilihan Wanita Masa Kini

24 Agustus 2022   12:41 Diperbarui: 24 Agustus 2022   12:46 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu ke belakang, fenemona childfree sempat digandrungi di Indonesia. Seorang Influencer muda menyatakan opini tentang keputusannya untuk memilih childfree. Istilah ini memang belakangann baru terdengar familiar khususnya di Indonesia (atau ntah saya yang kurang tau). 

Childfree/ bebas anak merupakan sebuah keputusan pasangan untuk tidak memiliki anak baik anak kandung/ anak tiri/ anak angkat.

Hal ini mengundang berbagai perspektif. Ada yang mengaitkannya dengan nilai agama, sosial bahkan hak asasi manusia. Banyak yang menaggapi dengan kepala dingin, namun tak sedikit yang langsung memberikan komentar negatif. 

Nyatanya, childfree itu tidak akan menjatuhkan harga diri wanita. Berbagai fenomena minimnya pengatahuan parenting, romantisasi nikah muda, anak yang mengalami stunting, disorientasi hakikat anak dalam keluarga, dan berbagai problematika yang menjamur lainnya tentu membuka cakrawala berfikir wanita masa kini, bahwasannya setiap keputusan ada karena sebuah alasan.

sumber : pixabay.com
sumber : pixabay.com

Dewasa ini, pilihan wanita tentu menjadi lebih bervariatif. Mereka tidak memiliki batasan untuk melakukan cita-cita dan keinginannya. 

Memilih berkarir dan berwirausaha bukan masalah, atau fokus pada pendidikan setinggi-tingginya juga menjadi alternatif yang tak kalah menjanjikan. Mereka dapat melakukan semua tanpa terbatas istilah gender. Sayangnya, hal tersebut belum didukung kondisi di masyarakat. 

Nyatanya masih banyak masyarakat yang menganggap hal tersebut tabu. Beberapa menyebut pernikahan yang gagal, keluarga tidak akan harmonis, tidak bahagia, tidak menjadi wanita seutuhnya, dan sebagainya.

Jika melihat fakta empiris, tantangan global yang semakin sulit dan tak terkendali, menjadi alasan masuk akal jika banyak wanita memilih bebas anak. Konsep banyak anak banyak rezeki sudah tidak berlaku lagi saat ini. 

Apakah frase tersebut adalah simbol keharusan? Apakah seorang wanita baru dikatakan sempurna jika ia telah mampu melahirkan seoarang anak? Apakah hanya isapan jempol semata mengingat banyak orang terlena. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun