"Aku hanya ingin menyelesaikan tugasku, hidup"
Perlahan helaan nafas itu hilang suara. Pasrah. Seraut wajah beku itu diam, menunggu isyarat dari pemilik langit. Sesuatu yang dulu nyala di matanya kini pudar, nyali itu telah surut. Perempuan seperempat abad itu geming. Menggenggam peta tanpa mata, sama halnya mengandalkan kompas dengan jarum yang telah patah. Navigasi itu hanya diserahkan pada kuasa sang penguasa.
"Cerita yang mana lagi yang harus aku lakoni?"
Tik tok tik tok, jarum jam tak memberikan jawaban. Hanya menenggelamkan tanya itu dalam hening. Sementara angin sibuk berbisik-bisik, sambil mencuri dengar keluh kesah yang baru saja di lewatinya. Semua sepakat untuk tak memberi jawaban.
"Aku tak akan berhenti, namun aku pun tak akan memilih. Memilih sama artinya menggugurkan pilihan yang lain, sementara aku tak lagi ingin membuat mereka jatuh bersedih"
Semesta benar-benar mendekati bisu. Membiarkan wajah beku itu bermonolog dengan isi kepala dan hatinya. Membiarkan pertanyaan mati tanpa bertemu jawabannya, juga membiarkan jawaban hadir tanpa sebuah pertanyaan.
@Buale, 02.05.13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H