Mohon tunggu...
DEDE SOLEHUDIN
DEDE SOLEHUDIN Mohon Tunggu... Auditor - secangkir kopi yang diseduh hangatnya logika

Pernah jadi lulusan SMA, tapi itu ga lama. Kemudian nyoba kuliah menjadi MAHAsiswa dan akhirnya lulus juga dengan setengah mati. Sekarang sudah jadi sarjana plus lagi kuli. Asli Ciamis, dan lahir tahun 1984!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pak Giyo dan Pak Yanto Menyambut Hujan

24 Desember 2019   13:00 Diperbarui: 24 Desember 2019   13:23 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Atau mungkin dari sekarang harus mulai dilakukan penggalangan dana untuk menyambut "rencana bencana" tersebut. Ini tak lepas dari obrolan saya dengan Pak Yanto tentang adagium "sedia payung sebelum hujan". Adagium ini tentu berlaku bagi semua level birokrasi dan organisasi yang mengkhususkan peran pada pengelolaan dan penanganan kebencanaan.

Biasanya pada musim hujan yang (mungkin) sebentar lagi akan tiba, sorotan masyarakat adalah pada aspek pembangunan fisik penganggulangan bencana. Bendungan, daerah aliran sungai (DAS), irigasi, penyempitan selokan, penggundulan hutan hingga pada istilah buruknya sistem drainase dan tata kota. 

Isu tersebut menjadi sebuah isu musiman yang kadangkala tidak pernah ada perbaikan dan tindak lanjutnya. Begitu pula pada aspek perilaku masyarakat yang masih saja memiliki hobi tidak peduli pada lingkungan. Perilaku membuang sampah ke sungai dan merusak fasilitas drainase. 

Akibatnya sudah bisa diprediksi, yaitu banjir yang menggenangi lingkungan. Jenis perusakan sistem drainase ini berupa menghambat jalannya air dan pembangunan fasilitas pribadi lainnya yang sifatnya menghambat arus air. Termasuk juga membangun pemukiman didaerah aliran sungai. 

Kasus-kasus semacam ini sudah turun temurun, terjadi dari zaman ke zaman. Tak pernah benar-benar terurai. Tak pernah secara paripurna teratasi yang dibuktikan dengan tetap munculnya bencana banjir pada setiap musim hujan.  

Padahal musim penghujan selalu didahului dengan musim kemarau. Sehingga setiap kondisi seharusnya bisa dipersiapkan sebelumnya. Kondisi musim hujan harus dipersiapkan dimusim kemarau. 

Pun dengan musim kemarau harus dipersiapkan di musim hujan. Payung harus dipersiapkan sedari musim kemarau agar pada musim hujan bisa berguna dengan baik. Agar payung bisa digunakan untuk melindungi diri dari rintik air hujan ketika istri kita pergi kewarung seberang rumah disaat situasi hujan. 

Yang perlu kita sadari adalah bahwa tanggung jawab menyambut hujan dan segala efeknya adalah tanggungjawab kita semua. Bukan hanya BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tim Sar, LSM atau para dermawan yang secara reguler menggalang aksi kemanusian. 

Kita tidak perlu memfokuskan diri pada stigma "saling menyalahkan". Toh keselamatan kita adalah tanggungjawab bersama. Bukankah genteng bocor dirumah kita adalah tanggung jawab kita, bukan menteri atau presiden. 

Bukankah sampah yang menyumbat selokan depan rumah kita adalah ulah kita juga. Sehingga ketika musim hujan datang kita sama-sama telah memiliki kesadaran yang sama bahwa hujan adalah berkah, karena kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. 

Maka, mari kita sambut musim hujan kelak dengan bahagia dan optimisme. Sebelum hujan datang mari pastikan terlebih dahulu genteng kita tidak bocor, payung kita bisa digunakan secara sempurna dan selokan depan rumah telah bersih dari sampah dan sumbatan. Dan ingat, siapkan kopi dan gula agar musim hujan bisa kita nikmati dengan lebih hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun