Mohon tunggu...
DEDE SOLEHUDIN
DEDE SOLEHUDIN Mohon Tunggu... Auditor - secangkir kopi yang diseduh hangatnya logika

Pernah jadi lulusan SMA, tapi itu ga lama. Kemudian nyoba kuliah menjadi MAHAsiswa dan akhirnya lulus juga dengan setengah mati. Sekarang sudah jadi sarjana plus lagi kuli. Asli Ciamis, dan lahir tahun 1984!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Oleh-oleh Liburan Nyepi: Menelisik Pesatnya Jember

13 Maret 2019   15:41 Diperbarui: 13 Maret 2019   16:07 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin dalam rentang 2 tahun ini sudah tiga atau empat kali saya datang ke Jember. Entah bertujuan untuk refreshing atau tugas dari kantor. Namun setiap kali berkunjung ke Kabupaten ini selalu saja menemukan sesuatu yang baru, khususnya berkaitan dengan pembangun infrastrukturnya. 

Jember  adalah sebuah kabupaten dibagian timur provinsi Jawa Timur. Bersama dengan Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Situbondo, Banyuwangi dan Bondowoso, Kabupaten Jember ini masuk pada kawasan Tapal Kuda. Dinamakan Tapal Kuda, karena secara sekilas bentuk dari kawasana ini mirip dengan bentuk tapal kuda. Istilah lain yang sering didengar adalah kawasan ini masuk pada daerah Blambangan. 

Secara historis kawasan ini masuk dalam wilayah kekuasaan Mataram dan mayoritas mereka keturunan dari Madura yang bermigrasi mengisi relung-relung kawasan ini. Sehingga tidak heran jika selain bahasa Jawa, masyarakat jember menggunakan Basaha Madura. Pada awalnya kawasan yang masuk Tapal Kuda ini. Termasuk Jember, dianggap sebagai kawasan tertinggal bila dilihat dari sisi pembangunannya. Namun sekarang stigma itu mulai hilang dengan terus berdenyutnya kehidupan kawasan ini, baik pendidikan dengan ditandainya jumlah perguruan tinggi maupun sisi ekonominya.

Denyut Ekonomi Tapal Kuda

Denyut ekonomi khususnya Banyuwangi dan Jember terasa kencang. Geliat dan gairah kehidupan masyarakat tampak nyata. Minimal itu terlihat dari sepanjang pusat kota di ruas jalan-jalan Nasional seperti jalan Gajahmada dan Hayam Wuruk. Kunjungan pertama kali ke Jember kalau tidak salah ingat tahun 2017 akhir, di ruas jalan Gajahmada baru dibangun sebuah shopping center yang cukup megah dan tinggi yang terintegrasi dengan jaringan rumah sakit milik Grup Lippo. 

Meski pembangunannya belum rampung 100%, namun sudah layak dijadikan destinasi wisata belanja masyarakat baik dari sekitar Jember maupun pelancong. Masyarakat sudah menajdikannya tujuan hiburan dan belanja. Selang setahun, sekitar akhir 2018, satu lagi pusat perbelanjaan hadir di Jember. Tepatnya berada di jalan Hayam Wuruk. Pusat perbelanjaan yang masuk dalam grup Trans Corp ini menjadi tujuan baru belanja masyarakat Jember dan sekitarnya. 

Selain sebagai tempat belanja, spot ini juga menawarkan wahana hiburan bagi keluarga. Ini menjadi sebuah pilihan bagi hiburan masyarakat. Dengan berdirinya kedua spot tersebut, bisa dijadikan sebagai sinyal bahwa demand atau kebutuhan masyarakat akan pusat perbelanjaan dan hiburan cukup tinggi. Itu artinya geliat kegiatan ekonomi berdenyut cukup kencang, dan tingkat ekonomi masyarakatnya cenderung meningkat. 

Kita bergeser ke pinggir, didaerah Sukorambi, muncul sebuah destinasi wisata alam yang cukup menarik. Berlabel taman botani, tempat wisata ini cocok sekali untuk segmen keluarga. Terdapat beberapa kolam renang rekreasi, kolam ikan, anjungan kafetaria dan beberapa satwa. Bukan itu saja, sebagai konsep botani-nya, wahana rekreasi ini juga menawarkan kebun buah dan berbagai tanaman yang lengkap diberi sebuah deskripsi baik dalam istilah Jawa maupun istilah Latin. 

Bagian lain yang tak kalah menariknya yaitu spot untuk foto. Beberapa sudut yang khusus di jadikan lokasi yang berkategori "Instagramable" dihadirkan sebagai daya tarik. Itulah sekelumit geliat ekonomi Jember dilihat dari sisi pariwisatanya. Namun sepertinya sektor pariwisata alam ini kurang mendapatkan perhatian. Itu bisa dilihat dari jumlah pengunjungnya. Perbedaan yang kentara jika dilihat jumlah pengunjung kedua mal dengan tempat wisata tersebut. 

Selain sisi pertumbuhan ekonominya, perkembangan dunia pendidikannya pun terus meningkat. Terdapat satu perguruan Tinggi Negeri yang cukup terkenal di Jember ini yaitu Universitas Negeri Jember (UNEJ). Yang bisa dijadikan bukti bahwa perhatian masyarakat khususnya tokoh masyarakat terdahulu terhadap pendidikan sangat tinggi. Jika membaca sisi historisnya, UNEJ ini sempat menjadi bagian dari Universitas Brawijaya Malang. Namun pada akhirnya UNEJ bisa berdiri secara independen  dengan memiliki statuta perguruan tinggi sendiri tanpa berafiliasi dengan perguruan tinggi lain. Selain UNEJ, perguruan tinggi swasta pun muncul baik yang bersifat keagaan maupun umum.

Pusat ekonomi baru Jatim

Seperti sudah sempat disinggung sebelumnya, bahwa Jember pada awalnya termasuk pada kategori lembat dalam pertumbuhan ekonominya. Bersama dengan tetangganya, Banyuwangi, kabupaten Jember sepertinya bisa diproyeksikan menjadi kekuatan baru ekonomi di Jawa Timur. Khususnya kegiatan ekonomi urban berupa mal dan wisata belanja lainnya. Kawasan yang terkenal dengan julukan kawasan tapal kuda ini sepertinya tengah menggeliat. 

Jember dengan ekonomi perkotaan atau urban sedangkan Banyuwangi memilih jalan pariwisata sebagai ikhtiar dalam mencapai kesejahteraan masyarakatnya. Dua kabupaten yang saling berdampingan ini sepertinya sedang berpacu dengan cara yang berlainan. Sisi positifnya adalah memberikan pilihan kepada masyarakat mengenai jenis wisata. Wisata belanja dominan ke Jember, sedangkan wisata alam dan budaya dominan ke Banyuwangi. Saling melengkapi demi terwujudnya Jawa Timur bagian Timur sebagai provinsi maju secara ekonomi, dan merata secara kesejahteraan.

Potensi kemajuan ekonomi inipun tampaknya akan semakin bergairah dengan terus berbenahnya akses mobilitas masyarakat baik berupa jalan maupun moda transportasi kereta api. Rel yang menghubungkan dengan Surabaya sebagai salahsatu pusat ekonomi di Jawa yang melintasi Banyuwangi. Arus orang dan barang pada masa mendatang diperkirakan akan semakin lancar dengan telah direncanakannya pembangunan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta ke Banyuwangi melalui Jember. Pun demikian dengan dibangunnya bandara baik di Jember dan Banyuwangi, akan sangat berpotensi meningkatkan kunjungan wisata baik menuju Jember maupun Banyuwangi. 

Dengan ketersediaan lahan yang masih luas, tenaga kerja berkualitas yang tidak terlalu mahal, iklim yang kondusif dan udara yang masih sejuk, Jember menawarkan banyak keuntungan bagi investor. Jember bisa diproyeksikan mampu bersaing dengan kota lain di Jawa Timur, termasuk Gresik dan Pasuruan sebagai pusat industri, Surabaya sebagai pusat bisnis dan Malang sebagai tujuan utama pariwisata di Jawa Timur. Secara lebih luas, Jawa Timur memiliki semua potensi yang bisa dikembangkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakatnya.

Dan mesti diingat bahwa secara geografis, Jember dan Banyuwangi ini berdampingan dengan Bali sebagai surganya wisata di Indonesia. Dengan kedetakatan secara geografis ini, kedua wilayah bisa berperan sebagai penyangga Bali. Pelancong yang masuk ke Bali melalui jalur darat pun bisa dimanfaatkan untuk singgah di Banyuwangi dan Jember. Atau bisa pula dijadikan sebagai sebuah paket wisata yang terintegrasi atara Bali, Banyuwangi dan Jember. Bahkan secara akomodasi, Jember sudah menyediakan banyak hotel untuk dijadikan tempat menginap. Baik jaringan hotel level budget maupun hotel bintang. 

Dengan memanfaatkan perilaku masyarakat yang cenderung gemar bermedsos dan narsistis, Jember bisa dengan mudah dikenal oleh masyarakat luar. Dengan memnfaatkan perilaku ini mendorong setiap daerah mengembangkan ekonomi baik sektor pariwisata, pengembangan kawasan urban dan industri kreatif. Karena secara pribadi, saya melihat inti dari pariwaisata ini adalah berkembangnya industri kreatif yang bermula dari kekhasan yang sifatnya lokal. 

Tulisan ini semoga terbebas dari unsur kampanye. Mengulas sebuah keberhasilan pembangunan tidak melulu disebut sebagai kampanye atau pencitraan. Tulisan ini hanya ingin membuktikan bahwa kolaborasi antara masyarakat, investor dan regulasi pemerintah berhasil memacu ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Satu hal yang harus jadi pijakan adalah berlakunya hukum ekonomi klasik tentang demand dan supply. 

Permintaan atas kebutuhan masyarakat yang di respon cepat oleh investor untuk menyediakan produk pada kuadran supply, menjadikan ekonomi Jember menggelinding begitu cepat. Progress yang diraih tidak lepas dari kejelian tiga pilar dalam menggali potensi. Pilar investor sebagai supply, pilar masyarakat berposisi sebagai demand dan Pemerintah berdiri sebagai regulator dan jembatan penghubung antara kepentingan demand dan supply. Semoga ketiga pilar ini selamanya bisa berkolaborasi dan berelaborasi demi Indonesia yang lebih baik.

Penulis: Dede Solehudin, SE (Pemerhati Sosial tinggal di Bali)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun