Opening:
Epic rap battles of presidency. ANIES, versus PRABOWO, versus G, G, GANJAR. Begin.
BAG. 1 CAPRES-CAWAPRES
PRABOWO:
Mas Anies, mas Anies. Mas Ganjar, mas Ganjar. Sorry ya, sorry yee! Akhirnya pemilu kali ini saya menang!
ANIES:
AMIN, bapak menang pemilu ini. 'Kan bapak sudah direstui pak Jokowi. Mas Ganjar, kamu gak usah ketawa-ketiwi. Sana minta izin sama ibu Megawati.
GANJAR:
Iizn saya sedikit ralat. Saya minta izin kepada rakyat. Karena tuanku ya rakyat. Jabatan cuma mandat.
Saya itu setia. Ingat siapa yang berjasa. Gak seperti pak Anies, yang mengkhianati anda.
ANIES:
Saya tidak pernah mengkhianati. Tolong bercermin sama partai sendiri. Banyak kader dan politisi, yang dipecat kanan kiri.
Saya juga tinggal tunggu untuk pak Ganjar pergi. Masih sakit hati ya? Jokowi mengkhianati PDI.
Pak Prabowo, segitu haus kah bapak untuk berkuasa? Menggunakan dan menghalalkan segala cara. Pak Prabowo tidak tahan untuk menjadi oposisi? Menggunakan anak presiden untuk melangkahi konstitusi.
Itu namanya pelanggaran etika. Kita harus instrospeksi dan berdoa. Anies Baswedan dan Cak Imin jawabannya. Nomor 1 perubahan Indonesia.
PRABOWO:
Anda bicara soal etika, mengkhianati saya, yang ngusung bapak jadi gubernur Jakarta. Kamu berani kasih saya nilai 11 dari 100. Saya kasih kamu nilai 2, (eh) 1, (eh) 2.
Bapak gak bisa menang kan tanpa dukungan mereka? Mau saya buka rahasia Kemhan? Gimana sih, nanti ketahuan lawan!
Boneka PDI 2.0, Ganjar Pranowo! Gubernur Jateng, kalah sama walikota Solo! Wo! Panas? Oke gas! Oke gas! Tambah 2 torang gas!
GANJAR:
Waduh, waduh (waduh) untung saya di tengah. Karena dua orang di sebelah saya penuh dengan amarah. Pak mending pake omon-omon dan pasukan nangis! Tiktok live dulu lah, dengan pendukung si paling desakmu, Nies.
Nomor 3, menuju Indonesia unggul gerak cepat pasti (sat set). Digitalisasi, birokrasi, dan pemberantasan korupsi (tas tes). Ketua penguin siap 'tuk kerja keras dari hati. Gak kayak abangda retorika dan si maruk bisnis pribadi.
Warga Indonesia paling tepat, untuk dapat, duo gawat, langsung sikat, coblos cepat, Ganjar Mahfud wakil yang tepat, untuk presiden yang hebat, daripada pemimpin dengan partner kacrut.
Pak Gemoy gendong-gendong bocah ingusan. Gwaenchana, Cak, kamu beban Baswedan.
ANIES:
Wakanda no more, Indonesia forever.
CAK IMIN:
AMIN aja dulu. Slepet kanan, slepet kiri tanpa ragu. Seluruh umat pasti pilih nomor 1.
Pak Mahfud, orang bilang bapak peluru tak terkendali. Emangnya bapak masih bisa kalau di bawah PDI? (tak slepet).
Mas Gibran, mas Gibran. Maaf kalau catatan yang saya bawa, bikin mas Gibran gak nyaman. Seenggaknya, saya gak bawa bekingan paman. Ambisimu tinggi, sistem hukum kau tikam mati. Selangkangi konstitusi, demi lanjutkan dinasti!
GIBRAN:
Duhh, saya malah diceramahin soal moral sama cawapres nomor 1. Padahal yang nusuk pamannya sendiri kan situ. Kalau gak percaya, tanya aja keluarga Gus Dur. Kalau saya jadi anda sih malu ya, mendingan Cak Imin mundur (SGIE).
Prof. Mahfud, mohon maaf sebelumnya. Ini pertanyaan receh jadi gak usah dijawab ya (greenflation). Profesor ngomongin bobroknya hukum Indonesia. Pertanyaan! Dulu menkopolhukamnya siapa?
MAHFUD:
Saya, menkopolhukamnya. Saya juga pernah jadi ketua MK, anggota DPR juga! Kalau mas Gibran pengalamannya apa? Ohhh jadi walikota Solo? Tapi kok mukanya masih plonga-plongo?
Cak Imin! Ayo coba ngomong terus. Biar elektabilitas AMIN makin tergerus. Mas Anies, masa milih wakil hobinya digendong? Yang bener aja mas Anies, rugi dong!
ANIES:
Hah, mas Ganjar masih di sini? Rakyat juga tahu pemilu sekarang tentang saya dan orang ini. Orang yang apapun masalahnya solusinya makan gratis. Karena dia sudah terlalu tua untuk berpikir kritis.
PRABOWO:
Maaf kepada tim 01 dan tim 03. Kalau saya terlalu keras. Tapi kalian juga jangan lupa minta maaf. Sama korban politik identitas dan korban Wadas.
GANJAR:
Pak Jokowi pernah bilang jangan pilih pelanggar HAM. Tapi yang digandeng *ehm... ehm...*Â Pilih saya yang cocok 100%Â Daripada udah DP hasilnya 0%
BAG. 2 PRESIDEN TERDAHULU
GUS DUR:
Gitu aja kok repot?
BUNG KARNO:
Slepet? Gemoy? Tabrak wir? Kenapa pilpres kita jadi seperti ini?
BUNG HATTA:
Sedih bung, saya melihat kondisi negeri ini. Di mana saudara dan saudara, masih bertengkar dan berkelahi.
Kali ini ada 3 kubu yang terpolarisasi. Ada yang suka main slepet. Ada yang suka joget-joget, dan ada yang suka nonton bo-
BUNG KARNO:
Arrghh, saya sudah tidak mau menjelaskan lagi. Soeharto!
SOEHARTO:
Pie kabare? Enakan zaman 'ku toh? Jangan sampai negeri ini bobrok, karena kita bentrok. Ayo tingkatkan, kita bangun Indonesia, agar kembali menjadi macan asia.
HABIBIE:
Anak-anak muda janganlah kalian berantem. Pesawat terguncang-guncang, tetap harus santai kalem fokuslah ke inovasi. Teknologi, aviasi, ayo industri mandiri, produk kita merah putih.
GUS DUR:
Makin tinggi ilmu, makin besar rasa toleransinya. Lebih jauh melihat Indonesia, ke depan di dalam hatinya. Padamkan apinya, jangan kayak kebakaran jenggot. Sepantasnya lebih besar toleransinya kalian bertiga. Gitu aja kok repot?
MEGAWATI:
Permisi, saya 'kan potong percakapan pria-pria. Presiden wanita pertama di Indonesia juga mau bicara. Anies! Prabowo! Ganjar! Kalian kan pria sukses toh? Coba kalian gak berantem, negara pasti beres loh.
SBY:
Pemilu ini jangan diisi dengan kebencian. Isi dengan yang positif bikin lagu atau lukisan. Di kesempatan ini saya mau titip pesan: Baliho di jalanan, tolong jangan kebanyakan
JOKOWI:
Saya ndak sabar, melihat siapa penerus saya. Siapa pun itu, ya ndak tahu kok tanya saya? Ingat bhineka tunggal ika, Pancasila. Semua dilakukan untuk Indonesia Raya.
BUNG KARNO:
Maka ingatlah saudara-saudara, jagalah kesatuan bangsa. Yang lebih penting lagi, jagalah kesatuan keluarga anda, karena itu lebih rencan hancur.
Gara-gara bude anda menyebar hoax, pakde anda korban buzzer. Keluarlah dari grup whatsapp keluarga. Tidak durhaka, tidak durhaka.
Jangan sampai pemilu lancar, keluarga anda bubar. Keluar! Keluar!
BUNG HATTA:
Bung... Bung... Stay in character, bung.
BUNG KARNO:
Siapa pun presidennya, kalian yang menentukan. MERDEKA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H