Bagian 4: Kejutan di Hari Sakral
Sesampainya di pandapa, pemimpin pedukuhan Cengal, ayah Batara sudah berdiri di hadapan para penduduk. Didampingi beberapa gegedeng lainnya termasuk ayah Dahayu. Selain itu, tampak juga perwakilan-perwakilan dari pedukuhan lain di sana.
Batara dan Dahayu lalu duduk di barisan para gegedeng. Semua orang kini bersiap mendengarkan wawaran dari pemimpin dukuh tersebut.
"Rakyat Cengal yang berbahagia, maafkan saya karena telah menyela kegembiraan kita semua di hari sakral nan penting ini. Semuanya semata-mata karena ada wawaran penting yang harus segera saya sampaikan," ungkap pemimpin pedukuhan Cengal mengawali pidatonya.
"Kita tahu bahwa Cengal bersama pedukuhan-pedukuhan lain di ujung timur laut Kuningan ini adalah pedukuhan penyangga bagi Kerajaan Kuningan. Kita adalah pedukuhan bebas dan hubungan kita dengan Kuningan adalah kerja sama semata."
"Tentu kerja sama kita saling menguntungkan. Kita butuh Kuningan, Kuningan butuh kita. Namun, kerja sama di antara kerajaan dan pedukuhan ini sekarang sedikit ada keterhambatan."
"Berdasarkan informasi telik sandi yang kami terima, di Kuningan sekarang sedang ada ketidakstabilan politik. Konon beberapa gegedeng dari arah timur Kuningan sedang memperkenalkan cara-cara berkehidupan baru di sana, yang sayangnya sangat berbeda dengan cara hidup kita."
"Demi mengonfirmasi dan membantu para gegedeng di Kuningan, kami para pemimpin pedukuhan di ujung timur laut Kuningan pun bersepakat untuk melakukan kunjungan dan menetap beberapa hari di sana."
"Kami akan segera bertolak ke Kuningan besok pagi. Karena kunjungan ini bersifat keadatan maka saya akan ditemani pendeta adat Hindu kita, dan seorang senopati dengan lima anggota prajuritnya sebagai pengamanan."
Pemimpin pedukuhan itu menghentikan perkataannya sejenak. Kemudian melirik Batara dan Dahayu yang sedang duduk bersama para gegedeng lainnya.