Legenda Batu Besar Cengal merupakan sebuah karangan fiksi sejarah. Sebagian karakter dan kejadian di dalamnya tidak berdasarkan referensi sejarah. Adapun hubungannya dengan kerajaan Hindu-Budha klasik adalah pelengkap dramatisasi dalam cerita. Selamat membaca, bijak dan salam takzim.
Bagian 1: Terbentuknya Pedukuhan Cengal
Seorang pemuda di pedukuhan Cengal bernama Batara, putra dari pemimpin pedukuhan diketahui tengah menyukai seorang gadis, putri dari pendeta Hindu di pedukuhan Cengal bernama Dahayu.
Dahayu, putri dari pendeta Hindu itu juga diketahui menaruh hati kepada Batara. Mereka saling mencintai. Namun, mereka belum mengakui perasaan itu secara terbuka. Belum ada yang berani mengungkapkan perasaan satu sama lain.
Dari kecil mereka tumbuh bersama. Di masa remaja jelang dewasa kini pun mereka tampak sangat dekat. Mereka sering melakukan kegiatan bersama, lebih lagi dalam kegiatan-kegiatan adat dan keagamaan di pedukuhan Cengal.
Cengal sendiri merupakan pedukuhan kecil di sebelah timur laut kerajaan Kuningan. Bersama pedukuhan Cikeleng dan Bunigeulis, Cengal hadir menjadi dukuh penyangga kerajaan Kuningan yang kini dipimpin oleh keturunan ke-2 Demunawan.
Cengal, Cikeleng, dan Bunigeulis konon terbentuk dari peristiwa penyelamatan seorang gadis cantik jelita, putri dari seorang gegedeng atau pembesar adat di Kuningan.
Sang gadis konon pergi meninggalkan kediamannya menghindari perjodohan lintas adat yang diiniasiasi oleh orang tuanya. Si gadis beradat leluhur diharuskan bersanding dengan pemuda beradat Hindu dari kerajaan Galuh.
Sang pemuda yang akan dijodohkan dengan si gadis ternyata cukup peduli. Ia kemudian berinisiatif mencari calon istrinya itu. Sang pemuda lalu memimpin tim kecil beranggotakan 5 orang prajurit dari Galuh untuk mengejar si gadis ke timur laut Kuningan.
Si gadis lalu ditemukan dan diboyonglah ia kembali ke kediamannya. Setelah kejadian itu, sang pemuda dengan 5 orang prajurit Galuh pun kemudian dikenal dengan sebutan Sang Pandawa, terilhami dari sosok kesatria di kisah Hindu Mahabarata.
Singkat cerita 3 orang yang membantu Sang Pandawa lalu dihadiahi tanah di sekitar lokasi ditemukannya si gadis. Sedangkan 2 orang lainnya dihukum oleh Sang Pandawa. Mereka diasingkan ke ujung utara kerajaan Galuh karena konon telah lancang, jatuh cinta kepada si gadis.
Ketiga orang yang diberi tanah kemudian membuka pedukuhan baru dengan caranya masing-masing. Ada yang dibabat, ada yang dibakar, ada juga yang tetap mempertahankan kondisi dan hidup berdampingan dengan alam. Ketiga pedukuhan baru itu kemudian dikenal dengan sebutan Cengal, Cikeleng, dan Bunigeulis. Nama Cengal sendiri diambil dari nama pohon Cengal, pohon anti rayap yang banyak tumbuh di lokasi tersebut.
Sementara Sang Pandawa pada akhirnya menikah dengan si gadis dan mulai memperkenalkan gaya pemerintahan baru bercorak Hindu di Kuningan. Pada akhirnya Sang Pandawa pun menjadi Raja Kuningan.
Setelah mangkatnya Sang Pandawa, tahta Raja Kuningan lalu berlanjut ke menantunya, Sang Demunawan. Demunawan merupakan putra dari pendeta Gunung Galunggung, Sempakwaja sekaligus cucu dari Raja Galuh, Prabu Wretikandayun.***
Bersambung ke bagian 2.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI