Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Sunda Cirebon Bagian 6: Demak dan Napas Akhir Majapahit

2 Desember 2023   15:50 Diperbarui: 9 Desember 2023   15:04 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
indoensiatempodoeloe

Karena ajakan hijrah dari rombongan Demak tidak berterima maka pecahlah perang, Demak melawan Majapahit. Para sunan yang berada di kubu Demak pun ikut membantu Raden Patah dan Aryadila. Mereka ikut memimpin pasukan/orang-orang dari daerahnya masing-masing, ada yang dari Cirebon, Undung, Kudus, Bonang, juga Palembang.

Sementara itu, sebagai senopati/pemimpin seluruh pasukan gabungan ditunjuklah Sunan Undung. Ia memimpin pasukan gabungan/aliansi Demak dan kerajaan-kerajaan Islam melawan pasukan Majapahit.

Gemuruh perang menggelegar. Bunyi-bunyian bende tanda strategi perang saling sahut-menyahut. Di waktu yang telah ditentukan, Sunan Undung, senopati pasukan gabungan Demak pun mesti tewas di tangan Senopati Majapahit, Dipati Teterung. 

Pemimpin pasukan gabungan lalu diserahkan ke Sunan Kudus. Di bawah komando Sunan Kudus inilah para sunan lalu mengeluarkan seluruh pusaka magisnya, ada yang mengelurkan peti jimat gelap gulita yang mampu menelan cahaya, keris ajaib yang bisa mengeluarkan ribuan lebah penyengat, batok ajaib yang mampu mengeluarkan sepasang tikus pengganda diri jika mati, dll.

Singkat cerita Majapahit pun kalah. Warga dan keluarga kerajaan lari, bubar tunggang langgang. Sebagian warga Majapahit dan keluarga keraton ada yang masuk Islam, sementara sebagian lainnya menjadi tahanan perang. Adapun raja Majapahit, Brawijaya dan para permaisuri dikisahkan moksa, ngahiyang dari pandangan mata.

Di detik inilah Demak secara resmi maju menggantikan Majapahit di panggung sejarah Nusantara. Dengan pemimpin atau rajanya yaitu Raden Patah, seorang putra dari Raja Brawijaya atau Raja Majapahit itu sendiri.

Walau demikian, wilayah Majapahit belum seutuhnya tunduk pada Demak. Prabu Kediri, Grindhra Wardana pemimpin bagian lain kerajaan Majapahit secara tegas menolak takluk kepada Demak. Ia pun mendeklarasikan diri bahwa Majapahit belum sirna dan kini ia bertempat di Kediri.

  • Pewaris Tahta Majapahit

Raden Patah diangkat jadi pemimpin Demak pada akhir tahun 1488 M. Sementara pecahan Majapahit yang dipimpin Grindhra Wardana baru takluk di bawah kekuatan Demak pada tahun 1517 M, selang 29 tahun. Seluruh wilayah Majapahit akhirnya sempurna berada di bawah kekuasaan Demak.

Para sunan dan tokoh yang telah turut andil dalam memenangkan perang Demak-Majapahit lalu mengakui eksistensi Demak dan pemimpinnya yaitu Raden Patah. Mereka kemudian diberi hadiah oleh Raden Patah, ada yang berupa tanah, pusaka/alat perang, gelar kepemimpinan, dll.

Sementara itu, dari banyaknya tokoh yang menerima hadiah ada juga beberapa tokoh yang ternyata menolak hadiah dari Raden Patah tersebut. Mereka adalah Syekh Bentong, Syekh Lemahabang, Syekh Baghribi, dan Syekh Mojoagung. Tidak dijelaskan alasan kenapa mereka menolak hadiah tersebut.

Singkat cerita seluruh sunan kemudian pulang ke tempatnya masing-masing, tak terkecuali dengan Syarif Hidayatullah dan orang-orang Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun