Kita satu jiwa lain raga. Kita sodara lain ibu lain bapa. Keluar dari rahim yang beda. Namun nilainya lebih dari sodara.
Kita bagai Kebo dan Jalak. Kita bagai Hiu dan Remora.
Oo... Kawan. Kehadiranmu adalah kesejukan. Kau menutup sgala lobang di hati. Dan denganmu kawan dunia adalah sorga sejati.
Seringnya kita berseteru. Seringnya otak kita beradu. Tapi slalu saja kawan. Kau slalu tebarkan rindu.
Oo... Kawan. Kita satu jiwa. Lebih dari sodara. Kebersamaan. Kesejahteraan. Keramaian. Persaingan. Pertengkaran. Kehinaan. Adalah resiko perkawanan.
Jiwa tanpa kawan. Bagai langit tanpa awan. Bagai malam tanpa bulan. Sepi nan membosankan.
Bukankah... Seorang polisi dalam tugasnya butuh kawan? Bukankah... Seorang pencuripun dalam tugasnya butuh kawan?
Oo... Kawan. Bahkan... Seorang Adam dalam sorganyapun butuh kawan! Bahkan... Seorang iblispun dalam nerakanya butuh kawan!
Oo... Kawan. Apalah arti kekayaan. Bila tak peduli pada kawan? Apalah arti berpikir. Bila terpisah dari kawan? Sepi nan membosankan.*** Kuningan, 06 Maret 2016
Penulis: Dede Rudiansah