Dalam linimasa sejarah klasik Indonesia, kita mengetahui bahwa Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua setelah Kutai Kartanegara. Ia menjadi kerajaan pertama di tanah parahiyangan, sekaligus pertama di pulau Jawa.
Seperti kerajaan Kutai Kartanegara, kerajaan Tarumanegara pun seiring berjalannya waktu harus tergerus ditelan zaman. Ia lenyap dari panggung sejarah Nusantara. Walau demikian, justru dari puing-puing Tarumanegara inilah kemudian lahir dua kerajaan, yang konon jadi rahim bagi kerajaan-kerajaan besar di pulau Jawa. Dua kerajaan penguasa tanah parahiyangan, Sunda dan Galuh.
Dari kerajaan Sunda inilah uraian artikel akan bermula. Tepatnya setelah Sunda berkembang menjadi Pajajaran Pakuwan dengan rajanya yang mahsyur dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi. Masa-masa di saat pengaruh Islam mulai muncul di Nusantara.
Artikel ini sendiri merupakan rangkuman atas babad berjudul Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang disusun oleh P.S. Sulendraningrat. Dengan spesifik merangkum bab 1 sampai dengan bab 9. Kisah akan berfokus pada kejadian minggatnya dua putra Prabu Siliwangi, yaitu Pangeran Walangsungsang dan Putri Rarasantang, sampai dengan pendirian pedukuhan baru oleh keduanya. Berikut merupakan kisahnya.
- Minggatnya Dua Putra Raja Pajajaran
Di satu malam, Pangeran Walangsungsang, putra dari Prabu Siliwangi dari istrinya Subang Larang bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Bermula dari kejadian tersebut Pangeran Walangsungsang berniat untuk mulai mempelajari Islam.
Mengetahui niat putranya, Prabu Siliwangi sontak terkejut. Ia lalu melarang dan menentang keinginan Pangeran Walangsungsang. Namun, Sang Pangeran tetap bersikukuh, hingga pada akhirnya Sang Prabu pun terpaksa mengusirnya dari keraton.
Putri Rarasantang, adik dari Pangeran Walangsungsang berduka atas kejadian yang menimpa sang kakak. Ia selalu merindukannya. Pada akhirnya Putri Rarasantang pun bertekad untuk bisa menyusul sang kakak. Ia kemudian minggat dari keraton Pajajaran. Meninggalkan seluruh kerabat istana, termasuk sosok paling dicintainya, Sang Ibunda, Subang Larang.
Kepergian dua putra raja ini jelas membawa duka mendalam bagi kerajaan Pajajaran, lebih lagi duka bagi Prabu Siliwangi dan Subang Larang, selaku orang tuanya. Namun demikian, karena tekad sudah kadung ditunjukkan oleh kedua putranya, mereka pun tidak bisa berbuat banyak, selain merelakan dan berharap keselamatan atas kepergian mereka.
Setelah melewati rimba belantara, singkat cerita Pangeran Walangsungsang akhirnya tiba di gunung Marapi. Ia kemudian berguru kepada seorang pendeta/guru di sana. Ia lalu menikahi putri sang guru, Nyi Indangayu namanya.
Tak lama kemudian, berkat panduan semesta, Putri Rarasantang yang tengah mengejar sang kakak pun akhirnya berhasil menyusul dan tiba di gunung Marapi.
- Jalan Panjang Para Penuntut Ilmu