Puisi Tahun Baru: Bathara Kala, Karma, Waktu, dan Kata
Bulan merangkul, setia erat di wajahmu. Pancarkan sukma dari mata sampai ke dalam sana. Aku datang dalam senandung riang bisik-bisik padamu. Lalu, kini, dan yang akan datang.
Ribu-ribu kita berujar, tapi kata bukan hanya kata. Dulu kata adalah tuah, taji, dan jadi pusaka. Kerbau dipegang tali, orang dipegang kata. Tapi kata kini jadi rutinitas belaka, mlongpong tak punya makna.
Kata tinggal hanya slogan. Sesaat keluar, kemudian diinjak-injak. Mungkin, karena kita sudah terlanjut mudah sesumbar. Terlalu banyak kata, bising, dan tak ada yang bisa disimak.
Aku bisik-bisik padamu. Tapi kata kita bukan hanya kata-kata. Kerbau dipegang tali, kita dipegang kata. Lalu, kini, dan yang akan datang, selalu.
Banyak sudah kita putari waktu. Kerta, treta, dan dwaparayuga. Dan tak ada yang mampu menjegal si perasa. Sebab waktu hanya butiran pasir di bawah kakinya.
Kita duduk bersama, menata lagi memori. Meraba-rabai waktu dan menerka-nerkanya kembali. "Tuhan tak pernah salah dalam bertatalaksana." Lalu, kini, dan yang akan datang, selalu.
Dalam riaknya waktu. Aku bisik-bisik padamu. Kaliyuga masih jauh di ujung sana.
Selalu kita ingin taklukkan waktu dengan rentetan dan bombardiran kata, hanya kata.*** Di ujung waktu, 31 Desember 2022.
- Penulis: Dede Rudiansah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H