Mohon tunggu...
Dede Widian Prayugo
Dede Widian Prayugo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universits Mulawarman www.dedewidianprayugo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

9 Jam di Bontang, Naik ‘Roller Coaster’ Terpanjang

14 Juni 2016   07:41 Diperbarui: 14 Juni 2016   22:28 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan Bontang Kuala sangat indah untuk dijadikan latar belakang foto
Pemandangan Bontang Kuala sangat indah untuk dijadikan latar belakang foto
Tidak terasa hari semakin gelap, cahaya matahari kembali meredup. Semua mahasiswa harus melanjutkan perjalanan sebelum jam 6 sore. Singkat namun begitu berkesan perjalanan di Bontang selama 9 jam tersebut. Kami harus kembali menunggang ‘roller coaster’ untuk pulang ke Samarinda. 3 jam perjalanan akan menggenapkan total selama 15 jam waktu perjalanan secara keseluruhan.

Bagi penulis, sepanjang perjalanan yang menjadi perhatian lebih bukanlah keindahan Bontang Kuala, atau bentangan pipa-pipa di kilang Badak LNG tadi. Tapi perjalanan yang sungguh menegangkan dengan bus yang kami tumpangi, apalagi harus menikmati perjalanan malam hari. Benar saja, baru satu jam perjalanan masalah teknis yang tidak diinginkan terjadi. Setelah ban dua bus lain yang harus diganti karena bocor, ada salah satu bus yang mogok dijalanan dan menghambat perjalanan pulang kami.

Masalah terjadi justru sebelum setengah perjalanan pulang. Semua bus harus berhenti dan membantu bus yang mogok di sebuah jalan sepi yang sangat gelap. hanya ada beberapa rumah warga, dan selebihnya adalah hutan. Sesekali mobil-mobil berukuran besar melintas.

Segala usaha dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, namun mesin bus tetap mati. Waktu semakin bergulir menuju tengah malam, beriringan dengan itu muncul cerita-cerita mitos bahwa tidak boleh membawa ketan selama perjalanan. Benar saja, banyak diantara mahasiswa yang membawa lemper, makanan tradisional berbahan dasar ketan tersebut sebelumnya disuguhkan saat kuliah umum di Badak LNG. Tapi mengenai hal tersebut, penulis belum menemukan cerita atau artikel yang menuliskan atau membahas khusus mitos itu. Hanya sebuah mitos yang turun menurun dari mulut ke mulut saja. Bergegas beberapa mahasiswa tampak membuang makanan tersebut. Walaupun tidak ada kaitannya dengan mitos tersebut, bus bisa kembali berjalan setelah didorong sepanjang 100 meter menuju turunan bukit.

Perjalanan yang seharusnya hanya tiga jam terpaksa harus molor hingga lima jam karena masalah yang dialami disepanjang perjalanan. Bahkan yang tadinya merasa tidak nyaman dengan ‘roller coaster’ menjadi terbiasa dengan guncangan keras dan menikmati perjalanan pulang yang melelahkan. Tepat jam 11 malam seluruh mahasiswa sampai di kampus dengan selamat. Satu persatu pergi dengan membawa sekantung kecil kenang-kenangan dari Badak LNG dan sekantung cerita tentang perjalanan ke Bontang hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun