Mohon tunggu...
dede nurjanah
dede nurjanah Mohon Tunggu... Lainnya - Baarokallah

Happy writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Bersama Roti Unyil Dan Roti Jojon

12 Agustus 2024   17:33 Diperbarui: 12 Agustus 2024   17:34 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa-masa paling indah yaitu masa kecil di sekolah. Berbekal seadanya, di bawakan ummi ku dari rumah, di titipkan ke penjaga sekolah, lalu di makan bersama ketika bel berbunyi di sekolah. 

Bagi teman-teman teman yang kelahiran tahun tujuh puluhan pasti mengenal rasa roti Unyil dan roti Jojon. Rasanya enak dan mudah di dapat. Harganya juga terjangkau bagi anak-anak usia sekolah. 

Sebulan yang lalu, saya bertemu kembali dengan sahabat kecil saya  sewaktu masih tinggal bersama kakak di Jakarta pusat.  Alhamdulillah senang sekali rasanya, walau hanya melalui  medsos Facebook. 

Sebut saja teman kecilku itu Naomi. Ia adalah puteri pengusaha pabrik roti Unyil dan Jojon di Jakarta.  Walaupun ia putrinya anak yang serba ada, tetapi ia sangat baik, care terhadap teman-temannya di lingkungan tempat tinggalnya. . Terutamanya kepada saya. 

Setiap saya bermain berkunjung ke rumahnya, selalu di suguhi roti Made in pabriknya, ya... apalagi kalau bukan roti Unyil dan Jojon. Sampai bosan pun pernah saya alaminya. Kini saya merindukannya. Namun ketika saya tanyakan kepadanya, jawabnya, pabriknya sudah tidak produktif lagi, akhirnya di jadikan kontrakan. Berhubung yang mengelola ( ayahandanya)nya sudah wafat. Telah  tiada ( almarhum) . 

Pasang surut dalam kehidupan selalu ada. Tidak selamanya orang itu bahagia dan berduka. 

Terkadang di bawah, terkadang di atas keberadaannya. Suatu hukum alam agar kita selalu ingat pada Tuhan yang menciptakan kehidupan. 

Berkah kebaikan itu akan selalu terkenang, walaupun orangnya sudah tiada. Maka dari itu, saya ingin pula menjadi orang yang rajin berbagi. Ringan tangan, mudah memberi,  dan selalu peduli terhadap orang lain yang sedang membutuhkan uluran tangannya. 

Memberi tidak selalu materi atau uang. Bantuan tenaga, pikirkan juga suatu kontribusi yang sangat baik. Ibarat memancing, tidak selalu memberikan umpannya, tetapi memberikan kailnya, alatnya, atau cara-cara dan ilmunya. Sehingga orang lain bisa maju bahkan lebih maju dari si pemberi ilmu tersebut. 

Berkah dari sering berbagi roti Unyil dan Jojon, banyak sekali sahabat, saudara bahkan tetangganya yang peduli membantunya ketika pabrik rotinya terbakar dan ketika orang tuanya di makamkan.

Ilmu tabur tuai pun ternyata berlaku di jaman sekarang ini. Jadikan pelajaran hidup,  bahwa kesuksesan atau keberadaan kita waktu di puncak, bukanlah hal yang patut di banggakan. Namun ujian hidup yang harus di syukuri dan di pahami, bahwa keterpurukan ekonomi akan siap mendatangi siapa saja, untuk mendewasakan diri kita.

 Hanya bagaimana cara kita untuk mensyukuri segala nikmat -Nya.  Terima kasih. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun