Tiga puluh september adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Masa silam yang kelam, penuh dengan tekanan dan agresi serta kelaparan. Masa itu disebut dengan G.30 S PKI atau gerakan tiga puluh september.
Mungkin kedua orang tua kita yang pernah mengalaminya di masa itu. Makan nasi jagung, baju berkain karung goni. Kelaparan dan rasa ketakutan yang sangat mencekam. Kemana-mana di mata-matai, kerja paksa di upah dengan minim, bahkan nyaris sering tanpa upah. Tapi sejarah tidak boleh di lupakan, Agar menjadi pelajaran.
Setiap tanggal 30 september, kita menancapkan tiang bendera dengan memasangnya setengah tiang. Saya sendiri belum tahu jelas apa maksudnya. Namun menurut ibu saya dulu ketika masih ada, mengatakan bahwa artinya hari berkabung. Mengenang para pahlawan Revolusi yang telah tiada wafat dengan cara yang sadis di habisi dengan tragis nyawanya oleh orang-orang biadab, yang di sebut partai komunis Indonesia.
Jika para wanitanya di sebut gerwani. Mereka yang turut serta menyiksa tujuh Jenderal pahlawan Revolusi kita. Semoga husnul khatimah (alfatihah).
Sewaktu saya di kelas dua SD pernah di ajak acara sekolah menonton di bioskop tentang tayangan Film bersejarah itu.
Karena waktu itu saya bangunnya terlambat, sehingga ketika rombongan bus kelas dua akan keluar dari gerbang Sekolah, saya baru tiba.
Alhamdulillah masih sempat terangkut juga. Dengan mengambil posisi duduk di kursi  barisan paling depan, karena belum paham tentang bioskop.Â
Saking takutnya saya dengan suara yang menggelegar dan siksaan-siksaan yang di lakukan oleh para antek komunis dan para gerwaninya, maka saya sering menutup mata dan telinga. Hingga acara hampir selesai. Karena saya sangat ketakutan dan tidak berani berkata pada guru kelas untuk pindah atau meminta tukar tempat duduknya.
Sampai saat ini pun saya tidak berani menonton kembali. Begitu juga dengan penjajahan Belanda, Jepang dan Inggris. Saya hanya berani membaca kisah sejarahnya saja.Â
Pernah tayangan gerakan tiga puluh september dulu dilarang atau di hentikan tayangan di televisi, karena terlalu sadis, Terkenal dengan celurit dan silet dan sebagainya. Khawatir di tiru oleh anak-anak yang belum bisa memfilter tayangan tersebut. Namun ada juga yang meminta di tayangkan kembali agar tidak melupakan sejarah.
Semua itu kita kembalikan kepada orang tua dan para pendidik bangsa dalam mendampingi putera -puterinya menonton dan memilah serta memilih  semua tayangan. Agar bisa mengedukasi dan memberi semangat juang kembali kepada seluruh anak bangsa di muka bumi pertiwi yang kita cintai ini.