Mohon tunggu...
Deden Riyandi. S.Th.I. M.Pd.
Deden Riyandi. S.Th.I. M.Pd. Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SDN Sukabakti Cikembar Sukabumi Jawa Barat, Magister STAI Sukabumi

Muslim Moderat, Mu'min Demokrat, Muhsin Diplomat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Islam

19 Februari 2021   21:44 Diperbarui: 19 Februari 2021   22:20 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat, agama dan banyak perbedaan antara satu dengan lainnya. Sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dan selalu membutuhkan, maka diperlukan suatu keharmonisan dalam perbedaan. Kedamaian akan terwujud apabila antara kepala yang berbeda dipersatukan dengan sikap saling menghormati dan menghargai, saling pengertian dalam segala hal, hal tersebut dibalut dengan satu kata "toleransi"

Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia tidaklah menganggap perbedaan untuk dipertentangkan, bahkan perbedaan bukan pangkal sebuah permusuhan. Perbedaan merupakan sunatullah dan rahmatan lil 'alamin. Yang mendasari Islam harus bersikap toleran terhadap orang yang berbeda keyakinan dengan Islam tertuang di dalam Al-Qur'an surat al-Kafirun [109] ayat 1-6, Allah Subhanau Wa Ta'ala berfirman :

قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ

لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ

وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ

وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ

وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ

لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ 

Artinya :

1.  Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,

2.  Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

3.  Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

4.  Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

5.  dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

6.  Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". [Al-Qur'an surat al-Kafirun [109] : 1-6]

Secara singkat, ayat di atas menjelaskan bahwa Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya (Muslim) tidak sama dengan Tuhan yang disembah oleh non Muslim, namun Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya (Muslim) tidak akan menyembah apa yang disembah oleh non Muslim, begitu pun Islam tidak akan memaksa orang Non Muslim untuk menyembah Tuhan yang disembah oleh orang Islam.

Apabila difahami secara harfiah, ayat di atas ada yang memahami bahwa Islam tidak mengenal toleransi dalam keimanan dan peribadatan. Artinya toleransi tidak berlaku apabila menyangkut aqidah dan syari'ah, sebuah keyakina dan ritual ibadah tidak bisa dicampur adukkan dengan keyakinan dan peribadatan non Muslim. Namun demikian ayat ini menegaskan harus adanya sikap saling menghormati dan menghargai ketika orang Islam atau orang Non Islam sedang melaksanakan ritual dalam rangka menjalankan peribadatan masing-masing. Di situlah letak hakikat toleransi dalam Islam, saling menghargai, menghormati dan menjaga ibadah masing-masing dalam rangka mendekatkan diri dengan Tuhannya.

Untuk lebih jauh memahami toleransi dalam Islam, Islam harus dipahami secara menyeluruh, Islam dengan aturan yang lengkap meliputi berbagai segi kehidupan artinya memberikan ketentraman hukum bagi setiap aspek kehidupan manusia. Apabila dikaji secara luas, di dalam Islam terdapat ajaran-ajaran bagaimana cara bernegara, berbangsa, menjalankan pemerintahan serta hidup bermasyarakat. Hal tersebut bisa kita buktikan bahwa negara Indonesia terbentuk kebanyakan dari pemikir-pemikir Muslim.

Di dalam Islam dikenal adanya ; moral dan kekuasaan, rahmat dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, kekayaan materi atau kerja dan harta, jihad dan da'wah atau aktualisasi dan konsep. Dengan mempelajari itu semua, maka akan melahirkan aqidah / keyakinan yang kuat dan ibadah yang shalih. Dimana satu sama lain saling melengkapi dan mengakui kesamaan derajat manusia. Di sinilah letak toleransi yang sesungguhnya, toleransi yang lahir dari Islam yang memiliki sifat universal, karena Islam diturunkan untuk semua manusia, sebagaimana Firman Allah Subhanau Wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an surat Saba [34] ayat 28 :

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ 

Artinya : Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Al-Qur'an surat Saba [34] : 28]

Melalui toleransi dalam Islam, tiada lain tujuannya adalah untuk menghadirkan ketentraman dunia dalam menjalankan kehidupan secara berdampingan antar sesama makhluk hidup, bukan hanya dengan manusia. Hal tersebut telah dijelaskan bahwa islam merupakan agama yang membawa ketentraman. Allah Subhanau Wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an surat al-'Anam [6] ayat 38 :

وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا طَٰٓئِرٖ يَطِيرُ بِجَنَاحَيۡهِ إِلَّآ أُمَمٌ أَمۡثَالُكُمۚ مَّا فَرَّطۡنَا فِي ٱلۡكِتَٰبِ مِن شَيۡءٖۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ يُحۡشَرُونَ 

Artinya : Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. [Al-Qur'an surat al-'Anam [6] : 38]

Dari kehidupan di dunia yang berdampingan dengan berbagai makhluk, tujuan akhir akan bermuara di kehidupan yang kekal, apabila di dunia kita selalu menjaga kebersamaan dalam kedamaian, maka akan memperoleh kesaksian dari orang yang mengelilingi kita dengan berbagai kesaksian. Al-Qur'an surat an-Nahl [16] ayat 89 menuntut kesadaran kita, untuk apa tujuan hidup di dunia ini, apabila tidak berdampingan dengan penuh ketentraman dengan sesama makhluk.

وَيَوۡمَ نَبۡعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٖ شَهِيدًا عَلَيۡهِم مِّنۡ أَنفُسِهِمۡۖ وَجِئۡنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِۚ وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ تِبۡيَٰنٗا لِّكُلِّ شَيۡءٖ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ 

Artinya : (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. {Al-Qur'an surat an-Nahl [16] : 89}

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun