Tidak ada pemimpin tunggal yang memegang kendali mutlak; semua pihak memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat dan ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Jika kita merujuk kepada teori kepemimpinan, gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Datuak Katumanggungan adalah kepemimpinan otokratis (autocratic leadership) sementara Datuak Parpatiah Nan Sabatang menerapkan kepemimpinan demokratis (democratic leadership). Selain dua gaya kepemimpinan di atas, masih banyak lagi gaya kepemimpinan lainnya, antara lain:
Kepemimpinan Laissez-Faire, Kepemimpinan Transaksional (Transactional Leadership), Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership), Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership), Kepemimpinan Pelayan (Servant Leadership), Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership), Kepemimpinan Visioner (Visionary Leadership), dan Kepemimpinan Birokratis (Bureaucratic Leadership).
Kepemimpinan daerah sering kali dianggap sebagai faktor kunci dalam menentukan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Selama tahun 2023, pertumbuhan ekonomi total 34 provinsi di Indonesia mencapai 5,06 persen.Â
Pulau yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Maluku, Papua, dan Sulawesi, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,94 persen dan 6,37 persen. Sementara itu, Pulau Bali dan Nusa Tenggara mencatatkan pertumbuhan terendah, yaitu sebesar 4,00 persen.Â
Menurut laporan Bank Indonesia pada Mei 2024, pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I tahun 2024 menunjukkan peningkatan yang positif, yaitu sebesar 4,37% (YoY). Ini lebih baik dibandingkan dengan triwulan IV 2023 yang mencatat pertumbuhan 4,30% (YoY).Â
Meskipun pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat lebih tinggi dibandingkan wilayah Sumatera lainnya, angka ini masih kalah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,11% (YoY).Â
Salah satu faktor pendorong pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Sumatera Barat adalah momentum penyelenggaraan pemilu dan libur Ramadan, khususnya Idul Fitri.Â
Saat Idul Fitri, banyak perantau yang pulang ke kampung halaman, dan kegiatan pariwisata pun mengalami lonjakan, didominasi oleh wisatawan domestik. Namun, satu pertanyaan penting muncul: apakah PDRB hanya akan merasakan dampak positif saat Idul Fitri?
Selanjutnya berdasarkan data dari BPS Sumatera Barat triwulan II 2024, sumber PDRB menurut lapangan usaha tertinggi adalah pada sektor perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda, yang menyumbang 0,85%. Kategori ini mencakup angkutan rel, angkutan darat, angkutan laut, angkutan sungai, pos, dan kurir.Â
Pertanyaannya, di kategori mana pariwisata berada? Mengapa pariwisata tidak disebutkan secara spesifik dalam perhitungan sumber pertumbuhan PDRB Sumatera Barat?Â