Mohon tunggu...
Deden Kurniawan
Deden Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Program Studi Teknologi Pendidikan

saya adalah mahasiswa Teknologi pendidikan, saya senang bermain gitar serta saya peduli dengan hal hal yang terjadi di lingkungan tempat saya berada.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tantangan Menghadapi Hoax Menjelang Pemilu 2024

31 Oktober 2023   00:15 Diperbarui: 31 Oktober 2023   00:18 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat ini, penyebaran informasi atau berita melalui platform online tidak hanya terbatas pada situs berita yang telah dikenal oleh masyarakat. Melainkan, setiap individu yang menggunakan internet kini memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyebarkan informasi. Namun, kesempatan tersebut banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga informasi yang tersebar terindikasi Hoax. Hoax merupakan informasi palsu atau tipuan yang sengaja disebarkan dengan tujuan menyesatkan atau menipu orang. Informasi hoax seringkali dihasilkan atau disebarluaskan dengan maksud untuk menipu, menciptakan kebingungan, atau menciptakan kegaduhan. Hoax dapat berupa berita palsu, rumor palsu, atau gambar manipulatif yang disebarkan melalui berbagai media, seperti internet, media sosial, pesan berantai, atau surat kabar palsu yang tidak terverifikasi kebenarannya. Menurut data dari Kominfo, ditemukan sebanyak 11.357 isu hoax selama periode Agustus 2018 -- Maret 2023. Dari data tersebut ditemukan bahwa isu hoax paling tinggi terjadi pada periode tahun 2019 pada saat pandemi Covid-19.

Keberadaan hoax semakin sering diidentifikasi sebagai penyebab beragam masalah di Indonesia, terutama saat mendekati Pemilihan Umum Presiden atau Pemilihan Kepala Daerah (Juditha, 2018). Menurut (Adhiarso et al., n.d.), semakin banyak netizen atau masyarakat yang merespons berita hoax, penyebaran berita tersebut akan menjadi semakin meluas dan liar, tanpa memperhatikan prinsip-prinsip jurnalistik. Itu berarti bahwa masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengatasi atau meminimalisir penyebaran berita hoax. Diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat terkait literasi media agar dapat efektif menangkal bahaya penyebaran berita hoax yang menimpa secara luas. Masyarakat harus lebih melek lagi terhadap isu-isu sosial yang berkembang di lingkungannya, karena tanpa disadari isu atau fenomena yang terjadi di sekitar kita dapat mempengaruhi hidup kita sendiri.

Internet merupakan salah satu media penyebaran informasi hoax yang sangat potensial, karena memungkinkan informasi palsu tersebar dengan cepat dan luas melalui berbagai platform online, salah satunya media sosial. Berdasarkan laporan dari We Are Social, pada bulan Januari 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 213 juta individu, yang merupakan sekitar 77% dari populasi total Indonesia yang berjumlah 276,4 juta penduduk pada awal tahun yang sama. Dari hasil laporan tersebut menunjukkan bahwa internet menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat, internet juga memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu sumber informasi yang diakses oleh masyarakat Indonesia.

Fenomena hoax yang semakin marak di era digital memunculkan pertanyaan serius tentang peran pendidikan dalam mengatasi tantangan ini. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam memahamkan masyarakat mengenai literasi media, pendidikan kritis, dan etika dalam penggunaan internet. Dalam konteks pendidikan, fenomena hoax memunculkan isu penting yang berkaitan dengan literasi media dan pendidikan kritis. Pendidikan kritis mengacu pada kemampuan individu untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang mereka temui. Dalam dunia di mana berita palsu dan informasi palsu dengan mudahnya tersebar, pendidikan kritis menjadi kunci untuk membekali individu dengan alat yang mereka butuhkan untuk menghadapi penipuan dan penyebaran hoax.

Selain itu, masyarakat juga memiliki peran dalam mengatasi penyebaran hoax. Ketika masyarakat lebih melek secara media dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu sosial, mereka cenderung lebih waspada terhadap informasi palsu. Oleh karena itu, pendidikan yang mendorong literasi media dan pemahaman akan isu-isu sosial dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih tangguh terhadap penyebaran berita hoax. Melalui pendidikan, masyarakat dapat belajar untuk menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas dan kritis, sehingga mereka dapat lebih efektif mengatasi dampak negatif penyebaran hoax di era digital ini. Dengan jumlah pengguna internet yang semakin meningkat di Indonesia, pendidikan tentang literasi media, penilaian kritis, dan etika dalam penggunaan internet menjadi semakin penting. Pendidikan harus membekali masyarakat, terutama generasi muda, dengan alat untuk membela diri terhadap penyebaran hoax dan untuk memastikan bahwa informasi yang mereka konsumsi adalah akurat dan dapat dipercaya. Hal ini akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan dampak hoax dan lebih mampu mengatasi tantangan penyebaran berita palsu dalam era digital.

Dalam tahun politik, terutama menjelang Pemilu, sering terjadi peningkatan penyebaran berita palsu atau hoax yang berkaitan dengan calon-calon presiden dan isu-isu politik. Hoax semacam ini dapat digunakan untuk mempengaruhi pandangan publik terhadap kandidat tertentu atau untuk menciptakan kegaduhan politik. Oleh karena itu, pemahaman tentang penyebaran hoax dan kesadaran kritis terhadap informasi menjadi lebih penting selama tahun politik. biasanya pada tahun tahun politik seperti sekarang ini banyak buzzer atau kelompok tertentu dapat mencoba memanipulasi informasi untuk kepentingan kampanye mereka. Dengan demikian, dalam tahun politik menjelang Pemilu 2024 di Indonesia, penting untuk menjaga dan meningkatkan kesadaran akan dampak penyebaran hoax serta untuk memberdayakan masyarakat dan pemilih dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Upaya pendidikan dan kesadaran masyarakat dapat membantu menciptakan pemilihan yang lebih adil, transparan, dan demokratis. Masyarakat dapat mengambil berbagai tindakan dan sikap untuk menyikapi fenomena penyebaran hoax dan berita palsu. Berikut adalah beberapa solusi dan sikap yang dapat dimiliki oleh masyarakat:

  1. Pendidikan Literasi Media: Salah satu langkah kunci adalah meningkatkan literasi media. Masyarakat harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk membedakan informasi yang benar dari yang palsu. Pendidikan literasi media dapat diajarkan di sekolah dan juga dapat menjadi tanggung jawab individu untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan dalam hal ini.

  2. Verifikasi Informasi: Sebelum menyebarkan atau mempercayai suatu informasi, penting untuk memverifikasi kebenarannya. Ini dapat melibatkan pengecekan dengan sumber-sumber yang terpercaya atau menggunakan situs web dan alat verifikasi fakta.

  3. Berhati-hati di Media Sosial: Media sosial adalah tempat umum di mana hoax tersebar. Masyarakat perlu lebih waspada ketika menggunakan media sosial dan tidak langsung mempercayai setiap informasi yang muncul di beranda mereka. Jangan ragu untuk mengonfirmasi kebenaran informasi sebelum membagikannya.

  4. Bersikap Kritis: Sikap kritis terhadap informasi adalah penting. Masyarakat harus terbiasa bertanya, mengapa informasi ini disebarkan, siapa yang mungkin mendapat manfaat dari penyebaran informasi tersebut, dan apakah ada bukti yang mendukungnya.

  5. Jangan Menyebarluaskan Informasi Palsu: Jika seseorang meragukan kebenaran suatu informasi, sebaiknya tidak menyebarkannya lebih lanjut. Penyebaran informasi palsu dapat memperburuk masalah dan memperluas dampak negatifnya.

  6. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Politik Selengkapnya
    Lihat Politik Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun