Di sisi lain, tak henti-hentinya iblis menggoda Ibrahim a.s. untuk tidak begitu mudah mengurbankan anaknya. Karena kecintaannya kepada Allah SWT, Ibrahim a.s. mengusir iblis dengan melempar 7 batu kerikil yang digenggamnya. Peristiwa ini diabadikan oleh Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan lempar jumroh pada ibadah haji.
2. Meningkatkan rasa memanusiakan manusia
Meningkatkan rasa memanusiakan sesama manusia adalah refleksi dari kisah Habil dan Qabil. Peristiwa diabadikan sebagai awal mula pertumpahan darah sesama manusia dalam sejarah peradaban di muka bumi. Peristiwa berqurban mengisyaratkan bahwa Allah SWT menyuruh untuk berhenti membunuh sesama manusia. Tidaklah layak manusia memberikan sesembahan dengan darah sesama manusia. Kurban sebagai simbol dihentikannya pembunuhan sesama manusia, dengan mengganti sosok Nabi Ismail a.s dengan seekor kambing atau gibas.
3. Menumbuhkan rasa empati kepada sesama
Kurban mengajarkan untuk saling peduli kepada sesama, tolong menolong bagi yang orang yang kurang mampu. Hasil penyembelihan kurban dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya yaitu; Fakir, Miskin, Gharim, Ibnu sabil, Mualaf, Amil, Yatim, Piatu. Sikap berbagi kepada sesama menumbuhkan rasa cinta kepada sesama manusia.Â
Tidak ada lagi sekat perbedaan harta, jabatan dan kedudukan. Karena, pada saat itu semua apa yang dimakan oleh orang kaya, orang miskin, tukang becak, tukang ojek, anak dari pemilik perusahaan sampai ke anak presiden semua sama. Because Allah looks into our heart and faith.
Itulah hubungan yang terjalin antara Allah SWT dengan hambanya yang syarat akan pelajaran disudut-sudut ibadahnya. Karena, Allah SWT hanya melihat amal saleh dan niat yang baik dari diri kita semua. Disertai dengan iman yang kuat di dalam hati dan diimplementasikan dengan kehidupa di dunia. Alhasil, manusia akan mendapatkan keberkahan di dunia dan mendapat ganjaran serta pahala pada hari akhirat berupa surga nya Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
#IdulAdha2020
Sumber bacaan dan informasi
1.Yt: Ngaji Gus Baha
2. Sameh Said, Muhammad. Muhammad Sang Yatim. 2002. Bandung : Cordoba.