Mohon tunggu...
Deden Junjunan Hermawan
Deden Junjunan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Penulis Lepas

Aku hanyalah manusia bodoh yang tak kunjung pandai. Biarkan aku menjadi bodoh terlebih dahulu agar aku bisa belajar terus dan menerus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran Hidup dari Ibadah Kurban

3 Agustus 2020   19:23 Diperbarui: 3 Agustus 2020   19:44 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al Islamuu Shalihun Likulli Zaman wal Makan, teringat Nabi Muhammad SAW ngendiko bahwa Agama Islam itu berkembang sesuai waktu atau zaman dan dimanapun tempatnya. Ajaran-ajarannya memancarkan cahaya ditiap sudut ruang dan waktu. Tak memungkiri, perselisihan pendapat tentang fiqih kerap terjadi, tetapi persoalan ke-Tauhid-an bahwa Tuhannya agama Islam Allah SWT adalah sebuah ketetapan. 

Lalu, kitab sucinya hanya Al-Qur’an, arah kiblat untuk bersujud ialah ka’bah dan Rasul-Nya ialah Nabi Muhammad SAW juga tidak ada pertentangan. Jadi, dalam Islam yang berbeda hanyalah Fiqih nya saja. Ya itu lah fiqih, sedikit njelimet yang berbicara tentang sebuah metode ibadah karena tiap orang memiliki cara yang disesuaikan dengan waktu dan tempatnya. Maka, tak hayal kalau agama islam itu Rahmatan Lil ‘Alamiin yakni Rahmat atau berkah bagi seluruh alam semesta ini.

Salah satu ibadah yang syarat akan pelajaran bagi kehidupan manusia di bumi adalah ibadah kurban. Ibadah kurban sebetulnya diawali oleh anaknya Nabi Adam a.s. yakni Habil dan Qabil yang berujung pertempuran pertama manusia di bumi. Nabi Adam a.s. diberi perintah oleh Allah SWT untuk memperbanyak manusia dengan menikahi kawin silang dari setiap keturunannya yang kembar. 

Habil memiliki saudara kembar Layudha yang berparas kurang menarik, sedangkan Qabil memiliki saudara kembar Iqlimiya yang berparas cantik. Atas perintah tersebut, Qabil tidak menerima kalau menikahi Layudha yang berparas kurang menarik, karena ia menaruh hati kepada pasangan kembarnya yaitu Iqlimiya.

Tumbuh lah sikap protes Qabil karena ia diperintah untuk menikahi saudara kembar Habil yaitu Layudha, sedangkan Habil diperintah untuk menikahi Iqilimiya.  Akhirnya, Nabi Adam a.s. pun dilema dan tiba-tiba mendapat perintah dari Allah SWT. Perintah tersebut berisi anjuran untuk memberikan sesembahan atau pengorbanannya kepada Allah SWT. Sebagai tanda diterimanya kurban, nantinya kurban akan dilalap api dari langit. Siapa yang kurbannya diterima Allah SWT maka dialah pemenangnya. Alhasil, kurban milik Habil lah yang menjadi pemenangnya.

Qabil adalah seorang petani yang bercocok tanam, sedangkan Habil seorang pemburu dan pengembala kambing. Ketika Qabil ingin memilih apa yang akan dia persembahkan sebagi kurban, hatinya membisikkan untuk memilih hasil panen yang paling buruk. Dia berkata pada dirinya “ Kalau memang api yang akan memakan kurbanku, untuk apa mengurbankan milikku yang terbaik?”. Sedangkan, Habil memiliki cara berpikir yang berbeda dengan Qabil bahwa dia akan mempersembahkan hasil jerih payahnya sebagai hadiah kepada Allah SWT.

Hakikatnya, kurban adalah sebuah ujian atau cobaan yang diberikan kepada Habil dan Qabil. Sesiapa yang memiliki niat tulus tanpa pamrih dan niat yang baik, Allah akan menghargai hal tersebut. Karena, niat yang baik serta hati yang tulus termasuk jihad melawan hawa nafsu dan jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang besar. 

Bagaimanapun manusia banyak sekali mengumpulkan harta dan ketika sebagian harta tersebut dikeluarkan untuk orang lain merupakan hal yang tidak mudah baginya. Maka, peristiwa berkurban ini ialah pelajaran yang sangat berharga bagi umat muslim dan syarat akan pelajaran kehidupan. Adapun pelajaran kehidupan dalam peristiwa berkurban sebagai berikut:

1. Cinta kepada Allah SWT

Adakalanya Allah SWT menguji hamba-Nya dengan kehilangan anak dan harta, tetapi jika seseorang mempersembahkan anaknya untuk Allah SWT, maka itu adalah hal yang luar biasa. Apalagi bagi seorang Ibrahim a.s. yang menunggu kurang lebih 100 tahun untuk mendapatkan anak. Biasanya, orang-orang yang menyembah berhala memberikan sesembahan atas dasar/ niatnya karena berhala tersebut murka. Sedangkan, Nabi Ibrahim a.s. mengajarkan atas dasar cinta dengan memberikan anak kesayangannya untuk disembelih.

Allah SWT tidak membutuhkan apapun dari manusia, karena Dia maha memiliki segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dia hanya ingin menguji manusia dengan melihat niat yang ada di dalam hatinya. Pengujian cinta ini membuat Ibrahim semakin teguh dan ikhlas terhadap apa yang menimpa pada dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun