Saya teringat masa awal saya bergabung sebagai jurnalis pada salah satu media cetak di tempat saya bermukim. Kala itu, saya mengulas soal rumor oknum angora DPRD yang main proyek pada sector pemerintahan. Informant awalnya, dariseorang kontraktor. Waktu itu 'dia' bersedia namanya ditulis jelas, hanya saja oknum yang dimasuk dan tertuding, dirinya hanya menyebut inisial saja.
Saya cukup lama 'ngobrol' dan mengorek informasi darinya. Waktu itu kami berbincang di salah satu warung kopi, habis secangkir kopi, saya pun pamit unur. Bukan pulang tapi saat itu saya masuk ke gedung DPRD yang dimaksud, langsung saya hampiri salah satu ruang fraksi yang ada disana. Nasib bersahabat, ketua fraksinya ada. Dan mau memberikan komentar atas tudingan itu.
Secara darah muda dan masih haus akan pujian, usai wawancara dengan ketua praksi tersebut, langsung bergegas menuju instansi yang dimaksud oleh informant awal tadi. Jawaban pantastis muncul.
"proyeksanya saja belum dimulai, PPTK dan PPKnya baru disiapkan, kok bisa ada tudingan seperti itu," kata Kepala OPD yang bersangkutan.
Cukup lama juga saya menentukan angle dari berita itu. Maklum saja, saat itu saya baru berusia 2 pekan bergabung di media cetak. Awalnya saya menulis berita untuk stasiun TV, itu pun lebih kepada peristiwa, belum kenal dengan istilah Depth News, ya, hanya sebatas penulisan berita atas peristiwa yang terjadi.
Beritanya selesai ditulis dan masuk ke meja redaksi. Lagi lagi nasib memberikan pengajaran yang berharga. Yang melakukan penyuntingan berita hari itu ternyata sang General Manager (GM) tempat saya bekerja. Dan memang beliau sudah cukup palang melintang di dunia jurnalistik. Â Saya di panggil.
"Den, beritamu ini aneh, proyeknya belum jalan tapi ada tudingan seperti ini," katanya menghardik.
Cukup lama aku diam, akhirnya kuberanikan diri menjawab. "tapi kan dari masing masing pihak ada komentarnya bos, kontraktornya ada, DPRDnya ada termasuk dari dinasnya ada, apa salahnya kalau itu terbit," terangku berargumen.
"sekarang apa dampak dari tulisan berita ini?" tanyanya lagi.
Aku terdiam. Sementara dirinya masih sibuk dihadapan monitor 15 Inch tempat dirinya menyunting berita yang akan masuk dalam halaman yang akan terbit keesokan harinya.
Aku kembali ke computer tempatku menulis berita. Gagal focus aku menulis berita berikutnya.