Mohon tunggu...
DAS Baturajo
DAS Baturajo Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalistik itu candu,meninggalkannya membangun rindu #Pekerja-tekS-Komersial

Kerja Keras, Kerja Cerdas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sahabat Yang Hilang Saat Pilpres 2014

10 Juli 2014   09:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:47 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Tradisi) Debat (Kusir) Sebelum dan Sesudah Pemilu

Terbelalak aku dalam aroma pesta demokrasi di negeri ini, ya apalagi kalau bukan pilpres 9 Juli 2014 yang baru saja usai dilaksanakan –meski hasilnya belum diketahui secara pasti sebelum penetapan KPU-. Dimulai dari proses pencalonan dan saat koalisi parpol pendukung sekitar sebulan lalu, belum nampak adanya perbedaan di tanah kami Kota Baturaja Kabupaten OKU Sumsel.

Saat memasuki masa kampanye pasangan capres, sejumlah alat peraga Kampanye (APK) naik, nuansa Kota kami yang kecil jadi berubah. Baliho Provider Selular dan rokok, kalah ramai jika dibandingkan dengan baliho dan APK Capres-Cawapres. Tapi itu normative saja, termasuk media massa yang menulis berbagai berita tentang Capres-Cawapres RI.

Tapi ada yang berbeda rasanya dalam keseharian kami. Pilres seakan membuat aku kehilangan banyak teman dan sahabat. Sahabatku saat itu berubah jadi timses dadakan yang mensosialisasikan capres dukungannya di dinding akun social medianya. Ponselku lebih mudah droff saat itu, maklum nama akunku kerap dikaitkan untuk mendukung capres yang temanku dukung, sehingga batre ponselku lebih gampang habis.

Selain itu, obrolan warung kopi kami pun mulai berubah. Saling membanggakan capres dukungan masing masing, juga saling menghujat capres lawan. Aku hanya dia. Jujur aku tak banyak paham soal ini. Aku tak banyak mengenal sosok Prabowo sang pendiri gerindra. Yang aku tahu dia adalah seorang tentara, dengan jiwa militer yang mengalir didalamnya. Akupun tak kenal siapa Jokowi, yang aku tahu dia adalah sosok wali kota yang menjadi idola masyarakat tempat dia tinggal, kemudian mecalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta dan terpilih. Ditengah masa jabatannya dia ‘dicalonkan’ oleh PDI Perjuangan Sebagai Capres menjelang Pemilu 9 April kemarin.

Kembali pada obrolan warung kopi, Tak jarang obrolan kami berubah menjadi tegang, karena ada rekanku yang kalah debat. ‘Debat kusir’ kami di kantin kampus bahkan tak kalah sengit jika dibanding debat capres di TV Swasta. Buntutnya kami sering bermuka masam satu sama lain.

Secara Positif kamu meredam diri, kami mencoba menyadari siapapun yang terpilih, tetap pemimpin kami, ya kami bangsa Indonesia, bukan hanya kumpulan mahasiswa ingusan.

Tak hanya debat kusir di warung kopi, ponsel kami pun sering berdebat, menerima Broadcast Messengers dan meneruskannya pun jadi hobi kami. Ada yang isinya hujatan karena calon nomor 1 merubah lambang Burung Garuda menjadi merah, ada pula yang menyebut tak mungkin bisa belusukan keseluruh wilayah Indonesia, karena Indonesia ini luas.

Temanku pendukung Pasangan Prabowo-Hatta dengan bangga menunjukkan tinta di jari kelingkingnya bukti telah memberikan dukungan moril dengan mencoblos di TPS. Ada pula temanku yang mendukung Pasangan Jokowi-JK dengan bangga menunjukkan bekas tinta di kedua jarinya menandakan dukungan kejokowi.

Ada dan beberapa temanku yang juga punya dukungan tapi kami rahasiakan mulai panik saat hendak mencoblos. Tapi kami tak mau menodai demokrasi. Kami ingin berpastisipadi untuk memilih pemimpin.


Saat dibilik suara, yang ada dalam benak kami bagaimana memberitahukan kepada rekan kami yang lain kalau kami pun memberikan hak suara. Akhirnya, aku teringat saat kelulusan sekolah dulu, saat akan mengambil ijazah, kami membubuhkan sidik jari berupa 3 jari kiri diatas foto yang di temple di ijazah. Dalam benak aku berfikir, ‘wah kalo tintanya 3 jari mungkin aku akan lebih PeDe merahasiakan siapa yang aku dukung, toh walau yang aku dukung menang, kami tetap akan kuliah seperti biasa, ayahku tetap TaNI, IBUku tetap Blusukan dipasar menjajahkan dagangannya,’ fikirku dalam.

Keluar TPS, aku tunjukkan bekas tintaku pada teman-teman mereka tertawa, tapi aku tetap dengan pendirian tidak akan memberitahu siapa yang aku pilih di bilik Suara. –ini koplak apa lugu ya-.

Aku fikir setelah pencoblosan usai dan TPS ditutup, debat kusir dan adu urat saraf mendukung capres akan usai, dan kami tetap bisa bersahabat dengan tenang, ternyata debat kusir masih terus berlanjut.

Hari ini, 9 Juli 2014, usai melakukan pencoblosan aku maen ke KPUD Kabupaten OKU, ngobrol Kosong dengan Komisioner KPU dan sedikit belajar politik –maklum ada dosenku yang jadi Komisioner KPU- sembari menunggu buka puasa, nonton hitung cepat dengan hasil yang berbeda ditiap TV, ternyata membawa kontroversi. Bahkan rekan-rekan Sesama Kompasianer pin berdebat soal hasil pilpes.


TAPI, YANG KAMI BUTUHKAN ADALAH PENDIDIKAN POLITIK YANG BAIK, BUKAN SALING MENGHUJAT DAN MENGHINA, BUKAN PULA SALING MEMBANGGAKAN DIRI.

ANAK KECILPUN TAHU KALAU LAMBANG BURUNG GARUDA ITU BERISI TANGGAL, BULAN DAN TAHUN KEMERDEKAAN pada bulu leher, sayap dan ekornya, SERTA LAMBANG PALSAPAH BANGSA INDONESIA, BUKAN BERWARNA MERAH.

DARI KECIL KAMI DIAJARKAN SALAM DENGAN ‘ASSALAM ALAIKU’ UNTUK SESAMA MUSLIM, DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK REKAN BERBEDA AGAMA, BUKAN SALAM 2 JARI.

YANG KAMI INGINKAN BUKAN KARTU SEHAT, TAPI MASYARAKAT YANG SEHAT, YANG KAMI MAU BUKAN KARTU MISKIN, TAPI MASYARAKAT YANG SEJAHTERA.

TAPI TAK TERPENGARUH DENGAN IMING-IMING 1 MILYAR PERDESA KETIKA KAMI SEHAT DAN CERDAS.




Kami generasi muda, mengetuk hati para politisi untuk menjadikan kami MANUSIA BIASA DAN PEMUDA BIASA. ‘Manusia’ yang menggunakan ‘M’ besar dan Pemuda yang menggunakan ‘P’ Besar seperti ditulis Pendahulu Kami Soe Hok Gie.

Kami rindu kalian yang membicarakan kepentingan umum, bukan ras dan golongan. Kami rindu kalian sebelum menjadi TIMSES DI DINDING MEDIA SOSIAL KAMI.


KAMI tak ingin TERASINGKAN dan menjauhi kalian yang HIDUP DALAM KEMUNAFIKAN.

SALAM DAMAI KAWAN, SALAM DEMOKRASI…!

@d3n_A_sP


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun