Mohon tunggu...
Papin D. Arifin
Papin D. Arifin Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Saya adalah manusia yang ingin bebas dan selalu ingin bebas, tidak terikat dan tidak mengikat. Saya adalah diri saya sendiri, apa yang ingin dilakukan akan saya lakukan, tidak ada yang melarang dan tidak ada yang menghalang, karena saya ingin melampaui dunia dengan cara saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesunyian Sang Pemimpin

8 Oktober 2024   09:14 Diperbarui: 8 Oktober 2024   09:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagas selalu menjadi sosok yang penuh misteri. Di kampus, ia adalah mahasiswa yang berprestasi, dikenal sebagai pemuda cerdas dan tangguh. Namun, di luar kampus, ia adalah pemimpin geng motor yang disegani. Di balik itu semua, Bagas hidup dalam kesepian yang mendalam, sebuah kesepian yang ditutupi oleh topeng kekuatan yang ia bangun untuk melindungi dirinya sendiri. Orang-orang melihatnya sebagai pahlawan tanpa cela, namun mereka tidak tahu ada luka yang lebih dalam dari sekadar menjadi ketua geng.

Sejak perceraian kedua orang tuanya, rumah yang dulu penuh cinta berubah menjadi tempat yang dingin dan sunyi. Bagas hanya hidup dengan kakaknya, Rara, seorang idol terkenal di ibu kota. Rara jarang ada di rumah, seringkali sibuk dengan jadwal kerja yang padat. Kehidupan mereka berdua tampak sempurna di mata orang luar---kaya, berprestasi, dan terkenal. Tapi, kebenarannya sangat berbeda. Bagas tak pernah merasa memiliki keluarga yang utuh. Setiap kali dia pulang ke rumah besar yang kosong, hanya ada tembok-tembok putih yang sunyi, mengingatkan Bagas akan betapa hancurnya hidup mereka.

Di kampus, Bagas jatuh hati pada seorang gadis bernama Nina. Nina adalah mahasiswi yang cerdas dan selalu tenang dalam berbicara. Bagi Bagas, Nina adalah representasi dari segala hal yang sempurna---keindahan, kepintaran, dan ketenangan yang ia dambakan dalam hidupnya. Tetapi, meskipun Bagas sudah berkali-kali mencoba mendekatinya, Nina selalu menjaga jarak. Dia tak pernah memandang Bagas lebih dari sekadar teman kuliah. Baginya, Bagas hanyalah anak motor yang terjebak di dunia gelap, sebuah kehidupan yang terlalu jauh dari duniaku, pikir Nina.

Bagas tahu Nina tidak akan pernah melihatnya seperti yang ia harapkan. Setiap kali mereka bertemu, Nina tampak acuh, seperti ada tembok tebal di antara mereka. Tetapi meskipun begitu, Bagas tetap mencintai Nina dengan tulus. Ia menyimpan semua rasa sakit itu di dalam dirinya, tidak pernah mengungkapkan perasaan terdalamnya kepada siapa pun. Hanya motor dan gengnya yang menjadi pelarian dari kenyataan pahit yang terus mengejar.

Di sisi lain, Bagas dikenal sebagai sosok pemimpin yang berwibawa di kalangan geng motornya. Semua orang menghormatinya bukan hanya karena kekuatannya, tapi juga karena kepintaran dan sikap adilnya. Di jalanan, Bagas adalah sosok yang selalu membantu teman-temannya keluar dari masalah. Ia sering kali menjadi penengah dalam konflik geng, meskipun dirinya sendiri menyimpan kekacauan dalam hidup pribadinya. Bagas tak pernah menggunakan kekerasan sebagai solusi pertama, itulah yang membuatnya begitu dihormati. Namun, malam itu, nasib seolah tidak berpihak padanya.

Suatu malam, saat hujan turun deras membasahi jalanan kota, Bagas menerima pesan mendesak dari anak-anak gengnya. Ada perselisihan dengan geng lain yang mengarah pada perkelahian besar. "Bang, ini parah. Lo harus ke sini sekarang," kata salah satu anggotanya dengan nada cemas. Bagas yang sedang lelah setelah hari yang panjang di kampus, sejenak ragu. Malam itu, dia ingin tidur lebih awal, namun tanggung jawab sebagai pemimpin geng membuatnya tak bisa mengabaikan panggilan tersebut.

Dengan rasa lelah yang menumpuk, ia akhirnya memakai jaket hitam kesayangannya dan mengendarai motor besarnya menuju lokasi. Hujan yang deras tidak menghentikan tekadnya. Di tengah gemuruh hujan dan suara mesin motor, pikirannya kembali ke Nina. Di lubuk hatinya, Bagas masih berharap bahwa suatu hari Nina akan melihat siapa dia sebenarnya. Bukan sebagai ketua geng motor, tapi sebagai seseorang yang punya hati, yang bisa mencintai dengan tulus.

Sesampainya di lokasi, suasana sudah memanas. Dua geng motor sedang bersiap untuk saling serang. Bagas langsung turun tangan mencoba menenangkan keadaan, namun semuanya sudah terlambat. Pertikaian itu berubah menjadi perkelahian besar-besaran. Di tengah kekacauan itu, sebuah suara tembakan terdengar. Dunia Bagas seolah berhenti.

Sebuah peluru menyasar tepat di dada Bagas. Tubuhnya terjatuh ke tanah, darah mengalir deras membasahi jaket hitamnya. Pandangannya mulai kabur, dan dalam heningnya hujan, Bagas merasakan dinginnya kematian mendekat. Ia berusaha bernafas, namun setiap tarikan nafas terasa semakin berat. Di saat-saat terakhirnya, hanya satu nama yang ada di pikirannya: Nina.

Berita kematian Bagas menyebar seperti api di kampus. Semua orang terkejut. Mahasiswa yang dikenal sebagai sosok yang kuat dan cerdas itu, kini telah tiada. Mereka yang selama ini memandang Bagas sebagai ketua geng yang tak tersentuh, mulai menyadari bahwa di balik semua itu, Bagas hanyalah manusia biasa, yang juga punya kelemahan.

Nina mendengar kabar itu di tengah kuliahnya. Dunia Nina runtuh saat mendengar berita itu. Semua ingatan tentang Bagas kembali menghantui pikirannya---tatapan penuh harap Bagas, senyuman kecil yang kadang muncul saat mereka berbicara, dan sikap Bagas yang selalu baik meski Nina sering mengabaikannya. Penyesalan menghantam hatinya seperti badai. "Bagaimana bisa aku tidak melihatnya selama ini?" pikir Nina, air matanya jatuh tak tertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun