Mohon tunggu...
Kang Deden A.H
Kang Deden A.H Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis buku Best Seller, Di Balik Runtuhnya Turki Utsmani, Jejak Kekhalifahan Turki Utsmani di Nusantara, Revolusi Sosial Muhammad, Bergembira di Jalan Dakwah, Meniti Jalan Takwa, Mata Air Kepemimpinan Rasulullah. Pengajar. Pengasuh Pesantren Mahasiswi Asma Amanina.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tentang Ide dalam Menulis

3 Maret 2021   09:15 Diperbarui: 3 Maret 2021   09:30 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide adalah ruh dari sebuah tulisan. Tanpanya tulisan hanya menjadi susunan huruf dan kata. Tidak memiliki nilai, tidak menginspirasi, bahkan kadang tidak dimengerti dan berdampak negatif.

Namun bagaimana ide dalam menulis ditemukan? Ini pertanyaan umum yang sering kali membuat gelisah orang-orang yang ingin mulai menulis. Tidak jarang karena persoalan ide ini seseorang mundur dari keinginannya untuk menulis. Alasannya, susah mencai ide.

Sebetulnya ide berkeliaran di sekitar kita. Sangat dekat dengan semua hal yang kita lakukan. Hanya saja ide itu perlu ditangkap atau dipancing. Alat untuk menangkapnya adalah seluruh panca indera yang kita miliki ditambah dengan hati dan akal. Sedangkan alat untuk memancingnya adalah kegiatan dan suasana yang bisa menarik datangnya ide.

Semua yang kita lihat, dengar, kecap, pikirkan dan rasakan bisa menjadi ide. Syaratnya kita dalam keadaan "mode menulis". Mode menulis yang saya maksudkan adalah kita menjaga kesadaran bahwa kita sedang dalam "proyek" menulis. Sehingga dengan kesadaran itu panca indera kita lebih tajam untuk menangkap ide. Semua kegiatan dan aktivitas terarah untuk mendapatkan ide.

Terkadang ide bahkan datang begitu saja; tanpa kita niatkan atau mencari-carinya setengah mati. Misalnya, tanpa sengaja kita melihat bagian belakang mobil truk bertuliskan, "Don't rich people difficult", bahasa Inggris plesetan yang berarti "jangan kayak orang susah". Saat membaca tulisan itu apa yang kita rasakan dan pikirkan? Barang kali saat itu muncul perasaan terhibur. Tulisan itu juga bisa memberikan banyak rangsangan pikiran, misalnya tentang fenomena masyarakat, kreativitas, dan rasa bersyukur.

"Pemandangan" ini hanya menjadi humor, guyonan, dan hiburan kalau kita tidak menempatkannya dalam "mode menulis". Di antara yang bisa dilakukan dalam mode menulis itu adalah menyerap fenomena dan peristiwa yang ada di sekitar menjadi ide tulisan dan menuliskannya. Poin yang kedua menjadi sangat penting untuk dilakukan; menuliskan ide yang sudah didapatkan. Jika bisa, jangan membuat jeda antara waktu didapatkannya ide dengan waktu menuliskannya.

Kang Maman, seorang penulis kawakan, menceritakan bahwa dia pernah "didatangi" ide saat sedang menyopir mobil. Lalu saat itu juga dia menghentikan perjalannnya dan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan hanya untuk menuliskan idenya. Para penulis hebat tentu memahami betul betapa berharganya sebuah ide. Pada saat yang sama mereka menyadari bahwa daya ingat itu terbatas untuk menangkap dan mengingat ide-ide yang berseliweran setiap saat . Saya punya pengalaman sebaliknya. Menyesal luar biasa, karena pernah mendapatkan ide tulisan lalu merasa bisa mengingatnya tanpa menuliskannya. Rupanya esok harinya ide itu benar-benar hilang. Tidak teringat sedikit pun; tidak ada bekasnya sama sekali. Membuat kepala pusing memikirkannya.

Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan dalam pembahasan tentang bagaimana menangkap ide ini. Pertama, setting diri kita dalam "mode menulis", sehingga semua indera, pikiran dan hati lebih siaga untuk menangkap ide. Kedua, gunakan semua panca indera, pikiran dan hati untuk menjadi alat penangkap ide. Ketiga, pancing datangnya ide dengan membaca, mendatangi perpustakaan dan toko buku, berjalan-jalan atau bersilaturahim. Keempat, tuliskan ide secepatnya--jika memungkinkan tanpa ada jeda--jika ide sudah didapatkan; jangan terlalu percaya pada daya ingat kita.  

Jadi, ide itu sebenarnya ada di sekitar kita dan dekat dengan kita. Hanya perlu sedikit upaya untuk menangkapnya. Modal untuk menangkapnya juga sudah kita miliki semua. Tidak perlu lagi khawatir untuk mulai menulis. Dengan seringnya menulis, insya Allah kita akan lebih mahir untuk menangkap ide.

Selamat menulis...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun